Hari ini
ada beberapa hal yang aku pelajari. Berawal dari waktu belajar dengan Ms.
Megumi, murid Bahasa Inggris di tempatku bekerja. Hari ini kami melanjutkan
diskusi tentang 'Commuting'. Topik ini cukup menarik untuk kami bahas. Dari
pembahasan ini, aku jadi lebih tahu beberapa hal tentang Jepang dan
bagaimanakah perbandingan antara Jepang dan Indonesia jika dilihat dari
beberapa hal.
How do
people commute?
Masyarakat
di kota Jepang sebagian besar menggunakan bis atau kereta dalam kehidupan
sehari-hari. Biasanya, mobil pribadi digunakan oleh orang-orang tertentu yang
tinggal cukup jauh dari perkotaan. Tapi tetap saja, mereka akan pergi menuju
terminal bis atau stasiun kereta terdekat dan menggunakan transportasi umum tersebut ketika beraktifitas di dalam kota.
Terdapat beberapa alasan mengapa transportasi umum disana banyak digunakan.
Pertama, karena harga bensin yang mahal (mencapai kira-kira Rp. 40.000/liter).
Kedua, biaya parkir mobil pun mahal (kira-kira Rp 30.000/50 menit). Biaya
parkir mahal karena wilayah Jepang yang tidak cukup luas. Sedangkan di
indonesia, harga bensin sangat murah (bahkan sering kali demonstrasi terjadi kalau
harga naik satu atau dua ribu rupiah) sehingga masyarakat lebih memilih untuk memiliki
kendaraan pribadi. Alhasil, jumlah kendaraan meningkat dan kemacetan
dimana-mana (khususnya di Jakarta). Lagipula, bayar parkir juga murah (yaa
meskipun masih ada saja yang komplain kalau bayar parkir lebih 500 atau 1000
rupiah)
No phone
on bus/train
Sangat
menarik, di Jepang ada larangan untuk menggunakan telepon genggam (Handphone - HP) selama berada di
dalam transportasi umum (bis dan kereta). Bahkan ada tanda larangan tersebut di badan
kendaraan. Hp dianggap sebagai mengganggu 'pacemaker' pada
orangtua dan penumpang yang memiliki keterbatasan fisik. Oleh sebab itu, Ms.
Megumi lebih senang membaca buku selama dalam perjalanan. Dan mungkin ini juga sebabnya orang Jepang terbiasa menghabiskan waktu perjalanannya dengan membaca. Meski demikian, masih saja ada penumpang yang secara sembunyi-sembunyi menggunakan
hp nya di atas kendaraan.
Kneeling
bus
Di
jepang, semua bis adalah kneeling bus sehingga semua orang bisa mengakses
(termasuk orang tua dan penumpang dengan keterbatasan fisik). Selain itu, halte bis tepat
berada disisi jalan dan dapat dengan mudah diakses olah semua orang. Jika
dibandingkan dengan Indonesia, khususnya Jakarta, sangatlah jauh berbeda.
Bahkan sampai saat ini saya belum pernah menemukan ada kneeling bus disini
(bisa jadi karena aku kurang informasi). Selain itu, Ms. Megumi juga cukup
heran dengan lokasi halte bis Transjakarta yang berada ditengah kedua jalur
jalan raya dan harus ditempuh dengan tangga dan melalui overpass. Bagaimana
jika orang-orang tersebut (orang tua dan penumpang dengan keterbatasan fisik) ingin bepergian?
*Tulisan ini pertama kali digoreskan pada 06 September 2016
No comments:
Post a Comment
Thank you for the comment.