Wednesday, May 11, 2016

Catatan Kaki KKN

Catatan ini di tulis di pagi hari, Senin 21 April 2014, karena memang semalam cukup lelah sekali, butuh recharge energi untuk menghadapi hari ini. Di bawah ini aku ceritakan cerita kecil perjalanan ke Karawang, lokasi KKN (Kuliah Kerja Nyata), dimana aku akan belajar banyak hal dari masyarakat dan akan mencoba membantu mereka.

Aku berangkat bersama dua orang teman, Farikhin dan Afilin. Aku perempuan satu-satunya yang berangkat hari ini, karena masih ada Eko dan Kris yang berangkat menggunakan motor. Aku kecewa, dan sangat kecewa ke beberapa teman, tepatnya Rina, Ela dan Elia yang tidak bisa menepati janji dan berkomitmen  untuk berangkat hari ini juga. Persoalan perasaan kecewa ku tidak perlu aku ungkapkan disini. Tapi yang jelas semuanya itu akan aku sampaikan ketika kami semua sudah berkumpul. Jadi tak ada lagi omongan di belakang dan supaya semoga mereka bisa mengambil pelajaran dari pengalaman ini.

Alhamdulillah perjalanan berjalan lancar, kami duduk di bis berkursi 3, kumpul jadi satu. Sesampainya di Lamaran (suatu daerah yang dicirikan dengan flyover dan perempatan besar), mampir di tukang gorengan yang beberapa waktu lalu juga mengobati rasa lapar kami. Beberapa waktu kemudian si angkot biru jurusan Pasar Rawamerta muncul dan kami menaikinya. Sambil asik makan gorengan, kami, mungkin saya sendiri, menyimak percakapan seorang ibu dan anak gadisnya yang juga seorang santri di salah satu pesantren di Rawamerta.  Kata si Ibu, Rawamerta memang sudah terkenal dengan pesantrennya. Aku baru tahu hal tersebut pada saat itu. Dan setelah melalui separuh jalanan, ternyata ada sebuah bangunan pesantren baru yang di bangun tepat di sebelah kanan badan jalan dengan di kelilingi persawahan. Aku juga ikut mengamati. Kebanyakan atau bahkan memang semua santri yang terlihat mondar-mandir di sana berjenggot panjang untuk laki-laki dan bercadar untuk yang perempuan.  Sambil lalu, sampai juga di Pasar Rawamerta, tujuan akhir si angkot biru. Setelah duduk sebentar di depan warung, kami mampir ke warteg untuk makan siang, sekaligus berkenalan dengan si teteh warteg. Aku dan Ikin lumayan lama menunggu si Filin yang katanya mau ke ATM, jadi kami melanjutkan perjalanan lebih dahulu ke rumah yang kami tuju untuk base camp.

Sesampainya di rumah yang kami tuju, kami dibantu seorang bapak untuk menemui tuan rumah. Setelah itu bertemulah kami dengan seorang Ibu. Beliau memperkenalkan diri dengan nama Yanik. Padahal sebelumnya diinfokan bahwa kami akan tinggal di rumah Ibu Iik. Si Ikin menanyakan ke Bu  Yanik tentang Bu Iik, eh ternyata Ibu Iik adalah beliau. Tawa pertama pun pecah di saat itu juga. Sambil menunggu Filin, kami menikmati puding dan air putih yang disajikan Bu Iik. Seorang nenek tua menghampiri. Beliau adalah Ibunya Bu Iik, lebih senang dipanggil Mak Um. Berbincang-bincang ringan tentang kami dan tentang Karawang ini. pertanyaanku yang pertama kali muncul adalah, 'disini lagi musim apaan Bu, Mak?'. Mereka pun memaparkan cerita pendek bahwa saat ini Karawang sedang paceklik, yang artinya sedang tidak ada yang di panen. Beberapa hari yang lalu warga memanen padi, sayangnya yang biasanya dalam  1 hektar bisa menghasilkan sampai dengan 5 ton, sekarang hanya bisa menghasilkan 1 ton. Itu ukuran bersih setelah di 'bawon' (membayar upah pekerja dengan gabah hasil panen). Dan paling banyak hanya bisa sampai dengan 4 ton saja. Sayang sekali. Selain padi, tidak ada hasil bumi lainnya yang dikembangkan. Bu Iik sedikit bercerita tentang percobaan sederhananya berkebun di halaman depan rumah yang nanti akan aku ceritakan lebih lengkapnya.

Tak lama setelah berbincang, si Filin akhirnya sampai juga. Beberapa menit kemudian disusul oleh Kris dan Eko. Semua tas di letakkan di halaman belakang Bu Iik yang menurutku cukup luas, adem dan nyaman untuk kelesotan (tiduran, terutama di siang hari). Sambil beristirahat, ngobrol dengan Emak dan Bu Iik, Dek Nurul juga, Teh Vina pun datang. Tidak tanggung-tanggung langsung saja di briefing dan seperti biasa 'dikerjain' dan 'dibikin gila'. *hahaha. Dan lagi, muncul sosok baru, namanya Teh Ana. Teh Ana tinggal bersama Emak. Rumah Emak bersebelahan dengan rumah Bu Iik. Teh Ana tidak lain adalah adik bontotnya Bu Ii. Ketika asik briefing sambil bercanda tawa, ada anak-anak mengintip dari balik tembok. Teh Vina pun memanggil dan meminta mereka untuk memperkenalkan diri, kami juga memperkenalkan diri ke mereka. Dilanjutkan dengan anak-anak latihan tari Jaipong.

Semakin sore, semua teman laki-laki sholat ashar dan pergi mengendarai motor untuk berbelanja. Pada saat itupun, setelah anak-anak latihan tari sebanyak 2 kali, Teh Vina meminta mereka untuk pulang karena sudah sore dan meminta mereka untuk datang di keesokan harinya, hari Senin (yang tidak lain adalah hari ini). Kebetulan anak SD libur karena para guru mengikuti rapat sekolah. Kemudian aku mandi dan sholat ashar. Sewaktu mendekati magrib, Teh Vina berangkat pulang meninggalkan rumah Bu Iik.

Setelah sholat magrib dan makan bersama. Oya, kami masak nasi dan Bu Iik menyediakan sayur asem loh. Alhamdulillah. Setelah selesai makan, kami bersiap menuju ke rumah Teh Vina untuk selanjutnya bersilaturahmi ke beberapa tokoh masyarakat. Dan ternyata Teh Vina sudah menunggu duduk manis di teras depan rumah, sambil 'berpuisi' katanya.

Kunjungan pertama menuju ke Pak Wakades (Wakil Kepala Desa), Pak Haji Elam. Disana kami berkenalan dan menyerahkan fotokopi KTP sebagai warga pendatang yang baik. Alhamdulillah penerimaannya sangatllah baik dan hangat. Selanjutnya kami menuju ke rumah Pak Kades (Kepala Desa). Sayangnya beliau tidak ada ditempat dan kami diminta untuk menunggu selama 1 jam. Sambil menunggu kami ke rumah wetan (rumah lain milik keluarga Teh Vina) , disana ada Ayah dari Teh Viina. Aku lebih senang memanggilnya Abah. Sambil bersilaturrahmi, Abah bercerita panjang lebar tentang kondisi Desa Sukapura saat ini dan juga  tentang apa yang menimpa beliau selaku mantan Ketua BPD (Badan Permusyawaratan Desa). Pastinya banyak hal yang bisa kami pelajari dari beliau.

Tepat jam 8.30 kami kembali menuju rumah Pak Kades setelah kurang lebih 1 jam. Dan kami bertemu dengan beliau. Singkat cerita, kesimpulan pertemuan tersebut menghasilkan kesimpulan bahwa besok kami harus datang ke kantor kecamatan untuk menyampaikan perihal KKN ini. Setelah itu kami langsung mohon undur diri. Sebelum menuju ke base camp, kami mampir ke rumah Teh Vina untuk membicarakan hal yang akan kami laksanakan keesokan harinya, yaitu kunjungan ke kantor kecamatan. Kemudian, kami pulang menuju base camp. Di sini kami berdiskusi mengenai beberapa hal yang telah disampaikan oleh Teh Vina sebelumnya. Diantaranya tentang rincian program dan jadwal piket harian. Sebagai PIC (Person in Charge) kegiatan berkebun di pekarangan, aku mencari berbagai informasi tentang beberapa tanaman yang tidak terlalu lama masa panennya. Dan kami pun beristirahat.

No comments:

Post a Comment

Thank you for the comment.

Mulai tertata (Fri, Day 17 2025)

Dari bangun, langsung bergegas mulai belajar. Padahal rencana mau bangun jam 7. Eh malem semalem baca 2 artikel sebelum tidur dan bikin susa...