Sunday, June 5, 2016

1 Ramadhan 1437 H

Sebelum saya mulai ke inti pelajaran pada hari ini, saya awali dengan pembukaan dulu ya.

Seperti biasa, Ma'had Daarul Muwahhid Jakarta Barat mengkaji kitab khusus selama bulan Ramadhan yang langsung disampaikan oleh Pengasuh Ma'had, yaitu Ustadz ShoffarMawardi. Kajian ini berlangsung setiap pagi setelah menunaikan sholat Shubuh berjamaah. Pada Ramadhan kali ini, kami mengkaji Kitab Ayyuhal Walad karya Imam Al-Ghazali. Nah, sekarang kita masuk ke pelajaran yang telah dikaji pagi hari tadi. (*semoga Allah memberikan keistiqomahan untuk bisa menuliskan rangkuman kajian Kitab Ayyuhal Walad ini selama Ramadhan. Aammiin)

Judul kitab ini bermakna 'Wahai para putra-putri'. Akan tetapi sesungguhnya makna 'walad' yang tercantum didalamnya sangatlah luas meliputi para santri, murid bahkan mahasiswa. Kitab ini berisi tentang nasehat-nasehat bagi para penuntut atau pencari ilmu supaya mereka mengetahui, mengamalkan dan mendapatkan ilmu yang bermanfaat. Pembahasan kitab ini diawali dengan basmalah, memberikan pujian kepada Allah dan menyanjungkan sholawat kepada Rasulullah saw.  Imam Al-Ghazali memuji Allah atas janji-Nya bahwa kesudahan atau akhir yang terpuji adalah untuk orang-orang yang bertaqwa. Terkait pujian, sesungguhnya pujian terbagi menjadi empat, yaitu: pujian Allah untuk Allah, pujian Allah untuk makhlu, pujian makhluk untuk Allah, dan pujian makhluk untuk makhluk. Meski demikian, inti dari beberapa pujian tersebut bermuara pada Allah swt.

Imam Al-Ghazali menyampaikan sekilas sejarah ditulisnya kitab ini. Pada dahulu kala terdapat seorang penuntut ilmu yang senantiasa melayani Syaikh Hujjatul Islam Imam Al-Ghazali. Ia selalu sibuk untuk membaca dan menghasilkan ilmu dari beliau sampai-sampai ia mengumpulkan ilmu-ilmu secara terperinci sehingga sempurnalah keutamaan-keutamaan yang ada pada dirinya. Suatu hari ia berpikir dan terlintas dalam benaknya bahwasanya ia telah membaca berbagai ilmu dan menghabiskan usianya untuk mempelajari dan mengumpulkannya dan ia pun berpikir bahwa sekarang adalah waktunya ia tahu apakah ilmu yang ia miliki bermanfaat untuk kehidupan dunia akhirat dan akan membuatnya bahagia di alam kubur kelak.  Sebagaimana do'a dalam sabda Rasulullah saw. 'Ya Allah, aku berlindung dari ilmu yang tidak bermanfaat. Kemudian disampaikanlah perihal ini kepada Imam Al-Ghazali dengan meminta fatwa, bertanya mengenai masalah-masalah, serta meminta nasehat dan do'a. Seorang murid penuntut ilmu tersebut bermaksud supaya Imam Al-Ghazali menuliskan nasehat-nasehat yang dapat senantiasa dibawa sepanjang masa dan dapat diamalkan selama hidupnya. Maka Imam Al-hazali menuliskan jawaban-jawabannya dalam kitab ini. Allah lah Yang Maha Mengetahui.

Setelah latar belakang singkat penulisan kitab ini, Imam Al-Ghazali langsung memulai menyampaikan nasehat pada bagian selanjutnya.

Ketahuilah para putra putri dan pecinta Allah bahwa Allah memanjangkan usiamu dengan ketaatan kepada-Nya yang dengannya kamu sekalian berada di jalan para kekasih Allah. Dituliskannya kitab ini untuk tersiarnya nasehat. Jika nasehat tersebut sampai kepadamu maka apakah hal yang dapat kamu ambil dari nasehatku itu? Dan jika nasehat ini belum sampai kepadamu, maka apakah yang telah kamu hasilkan selama ini?

Wahai para putra putri, diantara nasehat Rasulullah saw. adalah:
Tanda berpalingnya Allah dari seorang hamba yaitu sibuknya hamba daam hal yang tidak bermanfaat. Sesungguhnya seseorang yang kelihangan satu jam dalam usianya bukan untuk ibadah, maka sungguh ia akan menyesal berkepanjangan. Dan barang siapa yang telah melampaui usia 40 tahun dan tidak dapat mengalahkan keburukan dari kebaikan maka hendaklah bersiap menuju neraka.

Ustadz Shoffar memberikan pemaparan lebih jelas bahwasanya ketika seseorang berpaling dan jauh dari Allah, bukanlah ia yang berpaling, tetapi Allah lah yang berpaling darinya. Seperti yang diceritakan bahwa ada seorang mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan di salah satu negara Timur Tengah (saya lupa namanya). Ia sama sekali belum pernah berziarah ke makam Rasulullah dan mengatakan bahwa tidak ada anjuran untuk mengunjungi makam Rasulullah. Maka Kyai Abdullah Syafei pun menyatakan bahwa bukanlah mahasiswa tersebut yang tidak mau mengunjungi, tetapi Rasulullah lah yang tidak mau dikunjungi oleh mahasiswa itu.

Selain itu, banyak orang yang diberikan hidayah untuk melakukan kebaikan dan ibadah, akan tetapi hanya sedikit yang mendapatkan taufik dari Allah sehingga dapat melaksanakannya, contohnya ketika rasa malas datang. Oleh sebab itu, hendaklah kita berusaha untuk menjemput taufik tersebut meskipun terasa berat. Marilah kita berdoa supaya kebaikan yang kita lakukan dapat mengalahkan keburukan, dan ketaatan kita dapat mengalahkan kemaksiatan yang kita perbuat. Al-fatihah.




1 comment:

  1. Setiap hari ya mbak nulisnya.. aku seneng bacanya.. terimakasih mbak Fitri atas share nya, semoga berkah ilmu nya..

    ReplyDelete

Thank you for the comment.

Mulai tertata (Fri, Day 17 2025)

Dari bangun, langsung bergegas mulai belajar. Padahal rencana mau bangun jam 7. Eh malem semalem baca 2 artikel sebelum tidur dan bikin susa...