Kemarin,
aku mendengar kabar bahwa Bapak Ahok telah divonis hukuman penjara selama dua
taahun terkait penistaan agama yang telah dilakukannya di pidato beberapa waktu
yang lalu di Kepulauan Seribu. Selama
ini aku selalu mengamati pendapat teman-temanku dan juga beberapa guru-guruku di
beranda facebook. Lagi-lagi, ada dua kelompok yang mengungkapkan pendapatnya
yang berbeda. Entah mana yang bisa aku golongkan kanan ataupun kiri, mana yang
hitam ataupun yang putih. Mungkin aku terlalu
cemen untuk tidak meletakkan
diriku di salah satu keduanya. Aku lebih memilih untuk membaca, mengamati dan
mempelajari bagaimana keduanya merangkai kerangka pikiran masing-masing
sehingga pada akhirnya muncullah kesimpulan yang diungkapkan setiap saat di
Facebook.
Jujur,
aku sedih ketika para umat muslim mengkoar-koarkan kasus penistaan yang telah
dilakukan oleh Pak Ahok yang menurut pendapatku pribadi, apa yang dikatakan
beliau saat itu belum tentu merupakan sebuah penistaan. Yang menariknya, malah ungkapkan Pak Ahok membuat
para umat muslim untuk mempelajari lagi hal yang telah disampaikan.
Ngomong-ngomong, aku jadi tergelitik untuk mencari tahu di
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) apa sih itu
'menistakan'? Apa sih itu
'penistaan'? Dan
apa sih yang dimaksud dengan
'penista'? (karena keterbatasan koneksi saat ini, jadi
aku belum
nemu juga).
Padahal
nyatanya, di beberapa kesempatan majelis ta'lim ataupun tabligh akbar yang
pernah aku hadiri, aku tidak jarang mendengar si Da'i atau penceramah mengungkapkan hal-hal yang bias dikategorikan
'menistakan' keyakinan agama lain ataupun isi
dari kitab suci agama lain secara terang-terangan. Tidak ada yang menuntut.
Masih saja,
buatku pribadi memang sulit untuk mengambil kesimpulan apakah pernyataan beliau itu memang
berniat
'menistakan' atau tidak. Tapi
yang jelas, beliau sudah meminta maaf. Selebihnya, bukankah Allah yang paling tahu?
Saat ini, aku heran
dengan saudara-saudariku seiman, bagaimana bisa mereka secara 100%, atau
bahkan 1000% menutup pandangannya untuk melihat dan mengkaji kembali apa
yang tejadi dengan rasa kemanusiawian. Bukankah muslim pun perlu memanusiakan
manusia? Sayangnya, sepertinya mereka sudah
mentok pada apa yang
dipercayainya yang tertulis di Al-Quran dan ditambah kan lagi
apa yang digembor-gemborkan oleh
masing-masing pemimpin pengajian mereka.
Aku
sedih, kenapa Islam yang aku pahami penuh dengan kasih sayang bisa sejahat ini
kepada seseorang? Apalagi kepada seseorang yang kita semua bisa tahu telah
melakukan banyak kontribusi terhadap negara. Karena beliau orang Cina? Karena beliau bukan muslim? Aku tidak
bisa membayangkan bagaimana jika aku akan mendapatkan perlakuan yang sama oleh
golongan yang anti Islam (karena aku orang muslim) atau anti Jawa (karena aku
keturunan jawa) atau anti - Indonesia (karena aku orang Indonesia). Sederhananya,
jika aku berada di posisi beliau, mungkin aku sudah kehilangan banyak energy, harapan, semangat dan akhirnya menyerah.
Tapi
apalah arti semua tulisanku diatas ini, masih ada banyak ilmu yang aku belum
tahu. Tapi setidaknya, kata hatiku mengatakan seharusnya semua ini bisa lebih
baik.
Allahu a'lam bis showab.
___________
Anyway, di detik terakhir aku membuat catatan di atas, aku menemukan sebuah ungkapan salah satu dosenku dan aku pun setuju bahwa yang menyayangkan dan yang menyedihkan saat ini bukanlah agama yang mana, tetapi para pemeluk agama itu yang memilih untuk bersikap sedemikian rupa terhadap pemeluk agama lain.
No comments:
Post a Comment
Thank you for the comment.