Penolakan dibubarkannya Partai Pembebasan ini kebanyakan berasal dari teman-teman santri di salah satu pesantren kehidupan di Jakarta. Hashtag berupa #kamibersamaHTI pun digunakan di berbagai media sosial bagi mereka yang ingin menyerukan penolakan ini. Beberapa pernyataan yang membarengi hashtag tersebut adalah tentang kemuliaan berjihad menegakkan hukum yang disyari'atkan Allah dalam misis HTI. Teman-teman santri di pesantren ini aktif terlibat dalam beberapa kegiatan HTI. Di sisi lain, beberapa guru dan dosen yang berlatar belakang pendidikan pesantren dan kiprah mereka dalam dakwah, secara implisit menyatakan dukungan atas pembubaran partai politik ini.
Seperti halnya energi positif dan negatif, magnet U dan S, hal ini pun pasti tidak terlepas dari perbedaan pendapat. Tampaknya pun sekarang waktunya yang tepat untuk berbagai sedikit mengenai pengalaman pribadi saya karena pihak-pihak yang mungkin sempat emosional pasti sudah redam dan mulai sibuk dengan perkara lain. Meskipun tidak banyak yang saya ketahui tentang HTI, akan tetapi saya harap pengalaman pribadi yang sedikit ini dapat memberikan sedikit gambaran bagi siapapun yang belum pernah mengenal organisasi Islam ini.
Saya mendengar nama HTI sudah sejak lama. Sepertinya sejak ketika saya belajar di universitas beberapa tahun lalu. Atau mungkin malah lebih lama dari itu, ketika duduk di bangku Sekolah Menengan Atas (SMA). Meski demikian, saya hanya mendengar nama saja, tidak lebih dari itu. Setelah saya menyelesaikan pendidikan S1, saya berkeinginan untuk mencicipi hidup di pesantren yang dulu sempat tertunda. Saya pun mencari informasi tentang pesantren di Jakarta yang terbuka untuk santri dewasa. Berbagai informasi saya dapatkan dari Google, beberapa teman di Jakarta, brosur, dan juga Alm. Bapak saya. Akhirnya, saya menemukan sebuah pesantren di daerah Jakarta barat. Informasi mengenai pesantren ini diawali ketika saya menghadiri sebuah kajian di masjid dekat Pasar Santa yang dibawakan oleh Pengasuh pesantren tersebut. Waktu itu beliau membawakan kajian Kitab Al-Hikam. Saya pun sempat mengajukan sebuah pertanyaan. Entah mengapa selama kajian berlangsung, saya merasa adanya kecocokan pikiran dan rasa. Saya tidak langsung menemui beliau, tapi saya Googling nama pada logo pesantren yang ada pada pojok kiri atas lembaran ringkasan materi yang dibagikan pada saat itu.
Saya pun akhirnya memutuskan untuk mulai menimba ilmu di pesantren ini. Seperti kata pepatah "Dimana bumi dipijak, disitulah langit dijinjing", saya mulai beradaptasi dengan beberapa peraturan dan kebijakan yang berlaku di pesantren. Untuk mempersingkat, saya hanya akan membahas beberapa hal yang menurut saya mencirikan nilai-nilai yang diyakini teman-teman (terutama para santriwati) sebagai pejuang HTI.
Jilbab dan kerudung
Seluruh santriwati dianjurkan (dengan kata lain diwajibkan) untuk mengenakan kerudung dan jilbab ketika berada di luar rumah atau gedung pondok santriwati. Kerudung disini bermakna kain untuk yang menutup kepala yang menjulur hingga menutup dada. Tapi, sebagian besar santriwati menggunakannya hingga meutup bagian pinggul atau bahkan sampai lutut. Sedangkan jilbab merupakan adalah pakaian yang menjulur menutup dada hingga kaki, atau pada umumnya dikenal dengan 'gamis'. Selain itu, ditambahkan kaos kaki untuk menutup kaki dan penutup pergelangan jika lengan baju longgar karena dikhawatirkan bisa tersingkap ketika beraktifitas. Santriwati tidak diperkenankan atau mendapat teguran jika mengenakan pakaian potongan (atasan dan bawahan). Berikut ini adalah beberapa dalil mengenai anjuran untuk mengenakan jilbab dan kerudung. Klik disini.
Kitab-kitab Hizbut Tahrir
Selain mempelajari beberapa kitab kuning dan juga tafsir, ada beberapa kitab yang memang diterbitkan oleh HTI karangan Taqiyyuddin An-abhani. Terdapat ciri khas pada kitab-kitab ini, yaitu bersampul warna putih dengan tulisan berwarna merah dan hitam. Terdapat dua versi kitab, yaitu dalam Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia. Di antara beberapa judul kitab yang dipelajari ialah Mafahim Hizbut Tahrir (Pemahaman Hizbut Tahrir), Min Muqowwimat An-Nafsiyah Al-Islamiyah (Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah), An-Nidzom Al-Ijtima'i (Sistem Pergaulan dalam Islam). Sebagai rujukan, berikut ini adalah sebuah blog yang memaparkan review atau ulasan kitab-kitab HTI. Klik disini.
Halaqah
Sekali dalam seminggu para santri dijadwalkan untuk mengikuti Halaqah. Secara Bahasa, Halaqah bermakna lingkaran. Dalam hal ini, halaqah merupakan sebuah majelis yang terdiri dari beberapa orang dengan duduk melingkar atau dalam lingkaran guna membahas materi tertentu dari kitab atau buku. Terdapat seorang pemateri atau Murabbi pada masing-masing Halaqah. Buku yang biasanya dikaji bagi para pemula berjudul Materi Dasar Islam: Islam Mulai Akar Hingga Daunnya karangan
Arief B. Iskandar. Jika buku tersebut sudah selesai, maka dilanjutkan dengan mempelajari kitab berikutnya dengan Murabbi berbeda yang tingkat keilmuannya dan pemahamannya dianggap lebih dari Murabbi sebelumnya. Tidak hanya HTI yang mempunyai majelis seperti ini, sebuah ormas lainnya pun melaksanakannya dengan sebutan Liqo'. Halaqah inilah media dakwah HTI dalam merekrut para kadernya. Mengenai dakwah HTI, klik disini.
Aksi
Sebagai bagian dari pejuang HTI, teman-teman berpartisipasi aktif dalam berbagai aksi, terutama sederetan aksi bela islam pada tahun lalu. Bukan demonstrasi.Sebenarnya beberapa aksi tersebut bukanlah yang pertama kali dilakukan oleh teman-teman HTI, jauh sebelumnya mereka beberapa kali turun ke jalan, sebagian besar di sekitaran Monas dan Bundaran HI. Dalam melaksanakan aksi, mereka biasanya membawa bendera Al-Liwa dan Ar-Royah bertuliskan "Laa ilaaha illallah muhammadar rasulullah". Para santriwati biasanya berseragam dengan memakai kerudung putih dan jilbab hitam.
Buletin Al-Islam
Setiap bulan, sebuah buletin bernama Al-Islam berupa satu lembar dengan empat halaman dibagikan bagi seluruh santri. Tidak jarang masing-masing santri diberikan lebih dari satu lembar supaya bisa disebarluaskan. Secara umum, buletin ini membahas beberapa isu yang sedang populer dan kemudian dikaitkan dengan apa yang tercantum dalam Al-Qur'an. Karena pencantuman tulisan ayat Al-Qur'an didalamnya, para santri dilarang untuk membuangnya sembarangan. Kumpulan Al-Wa'ie harus disimpan dengan baik. Buletin ini merupakan satu diantara berbagai media lainnya untuk meng-update informasi bagi para kader HTI.
Tentu masih ada banyak hal lagi yang belum diuraikan dalam tulisan diatas. Oleh sebab itu, marilah kita coba untuk saling mengenal satu dengan yang lain sehingga kita bisa saling memahami dan lebih mempererat kasih saying sebagai sesama Muslim dan juga sesama manusia.
gax usah ikut ikut kya gtu.....
ReplyDelete