Hingga saat ini, aku sudah mengajar Bahasa Inggris lebih dari 10 tahun. Aku sudah mulai mengajar les privat Bahasa Inggris sejak aku masih kuliyah S1 jurusan Pendidikan Bahasa Inggris di tahun 2010. Waktu itu, aku memutuskan untuk mencoba mengajar karena selain untuk tambahan uang jajan, aku bisa mulai melatih kemampuan mengajarku. Aku masih ingat beberapa murid les privat yang aku ajar pertama kali di Jakarta. Meskipun waktu itu bayaran les nya tidak besar, tapi pengalamannya sangatlah berharga. Dari Bahasa Inggrisku yang masih belepotan, sedikit demi sedikit aku pun belajar sambil mengajar. Satu hal yang terus aku upayakan adalah untuk mengajar dengan menggunakan Bahasa Inggris sebagai alat untuk berkomunikasinya.
Setelah berulang kali mengajar Bahasa Inggris menggunakan Bahasa Inggris juga, suatu hari aku diminta salah satu murid di Jakarta untuk mengajar Bahasa Indonesia. Dia berasal dari Jepang. Dan, ternyata tidak berhenti di situ saja, aku beberapa kali mengajarkan Bahasa Indonesia dengan menggunakan Bahasa Inggris ke beberapa ekspatriat yang tinggal di Malaysia untuk keperluan bisnis mereka. Pastinya hal ini jadi pengalaman lain yang sangat menarik karena tidak pernah terpikirkan sebelumnya untuk bisa mengajarkan bahasaku sendiri ke orang lain dengan menggunakan Bahasa Inggris. Beberapa murid berasal dari Italia, Inggris, Jerman, dan bahkan Malaysia.
Nah, selain beragam pengalaman mengajar ini, akupun terlibat di beberapa proyek terjemahan. Aku masih ingat sekali dulu semasa aku kuliyah, aku sempat diminta seorang kawan untuk membantu dia menerjemahkan sebuah buku yang kemudian aku minta bantuan ke beberapa teman untuk membantu. Jadi, kami bagi-bagi. Itu adalah kali pertama aku melakukan terjemahan. Selain itu, beberapa terjemahan pun mulai muncul ketika aku belajar S2 karena ada beberapa dosen di bidang non-Bahasa Inggris yang ingin mempublikasikan artikel penelitian mereka ke penerbit internasional yang pastinya harus dalam Bahasa Inggris. Selain proyek terjemahan, akupun sering dimintai pendapat oleh beberapa teman untuk proofread atau memerisa kembali tulisan mereka dalam Bahsa Inggris.
Meskipun aku sudah punya banyak sekali pengalaman berkecimpung dalam mengajar dan menerjemahkan Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia, bukan berarti tidak ada tantangan atau kesulitan ketika aku mulai menekuni bidang interpreter. Aku pun baru menyadarinya ketika aku diminta bantuan jadi interpreter untuk pertama kalinya di salah satu acara melalui Zoom. Untungnya, waktu itu ada satu interpreter lainnya dan kami berdua bertugas menerjemahkan Bahasa Inggris dari dan ke Bahasa Indonesia selama acara. Dan, untungnya lagi, porsiku tidak terlalu banyak waktu itu, jadi aku tidak terlalu kaget. Seiring berjalannya waktu, ternyata itu bukanlah yang pertama dan yang terakhir. Aku diminta lagi untuk membantu acara-acara online dan offline berikutnya, dan bahkan aku disambungkan ke beberapa organisasi internasional lain untuk jadi interpreter juga. Dari sinilah aku bertekad untuk terus melatih kemampuanku.
Dari beberapa pengalamanku sebagai interpreter pemula, berikut ini adalah beberapa tantangan yang perlu kalian waspadai jika ingin mulai mencoba.
Tidak atau belum terbiasa dengan topik pembahasan
Sebagai manusia biasa, tidak dipungkiri bahwa setiap orang mempunyai keterbatasan dalam banyak hal, terutama dalam pengetahuan dan informasi. Mungkin kamu punya pengetahuan dan pemahanan yang sangat dalam dan luas di satu ranah, tapi belum tentu di semua ranah. Hal ini bisa saja terjadi pada kamu ketika menjadi seorang interpreter. Kamu mungkin akan diminta untuk memberikan penerjemahan dalam topik pembahasan yang kamu tidak terlalu tahu atau bahkan mungkin tidak tahu sama sekali. Meskipun idealnya seorang interpreter itu menguasai bidang yang diterjemahkan, bukan berarti kamu tidak boleh melakukannya.
Bahasa Inggris ke Bahasa Indonesia jauh lebih sulit dibandingkan sebaliknya
Kita sudah pakai Bahasa Indonesia sejak kecil, bahkan mungkin sejak bayi. Dan, pastinya kita sudah berjumpa dengan banyak orang yang berbicara dalam Bahasa Indonesia dengan berbagai macam accent atau gaya bicara. Ada yang cepat ada yang lambat. Ada yang jelas dan ada yang bergumam. Jadi, telinga kita sudah terbiasa menerima keragaman itu dengan mudah untuk kemudian diterjemahkan ke Bahasa Inggris. Sayangnya, hal ini tidak berlaku sebaliknya. Menyimak pembicara berbahasa Inggris ternyata lebih sulit. Pertama, kamu harus mendengarkan dengan baik-baik apa yang diucapkan dari segi kosa kata dan susunan bahasanya karena akan mempengaruhi makna. Hal ini menjadi semakin lebih menantang ketika si pembicara mempunyai accent yang sangat kuat dan berbicara sangat cepat.
Pembicara berbicara cepat
Setiap orang mempunyai kecenderungan yang berbeda-beda dalam kecepatan berbicara. Ada yang berbicara dengan santai dengan pengucapan yang jelas. Ada juga yang terkesan terburu-buru sampai-sampai sulit untuk menangkap dan mencerna sejenak apa yang sedang diucapkan. Terlepas dari bagaimanapun situasinya, seorang interpreter, kamu harus terus menyampaikan sebaik mungkin dari apa yang sedang dibicarakan. Kalaupun tidak semua kata atau semua kalimat satu persatu, perlu disampaikan gagasan secara garis besarnya. Salah satu faktor berbicara cepat dikarenakan keterbatasan waktu yang diberikan.
Terlupa kata-kata tertentu secara tiba-tiba
Sebagai manusia biasa, kita tidak terlepas dari salah dan lupa. Ada kalany kamu akan terlupa satu atau dua kata, satu atau dua ungkapan dari satu bahasa ke bahasa lain yang terselip dari ingatan. Mau tidak mau, di situasi ini kamu perlu terus melanjutkan penerjemahan dan mengabaikan sejenak kelupaan itu dengan coba untuk menggantinya dengan kata atau ungkapan lain yang setidaknya mirip atau berdekatan maknanya. Biasanya, nanti kamu baru akan ingat ketika acara sudah selesai. Lucu sekali, ya. Dan, pastinya menyebalkan juga.
Sulit untuk berkonsentrasi
Selama melakukan penerjemahan, konsentrasi tinggi dan sepenuhnya sangatlah diperlukan. Konsentrasi bisa terganggu ketika tempat atau ruangan berisik dan ada suara-suara tak terduga yang muncul. Ketika hal ini terjadi, proses untuk menerjemahkan pun bisa tersendat dan akan terus menerus sambung menyambung selama acara. Selain itu, posisi duduk dan suhu ruangan, terlalu dingin atau terlalu panas, yang tidak nyaman pun bisa mengganggu tingkat konsentrasi.
Durasi yang cukup lama
Dalam melakukan interpretasi secara terus menerus, sebenarnya durasi maksimal adalah 1 jam. Oleh sebab itu, seringkali di beberapa acara, panitia pengelenggara mempunyai beberapa interpreter supaya mereka tidak terlalu lelah dan bisa bergantian. Ketika sebagai interpreter, kamu sudah mulai merasa lelah, maka daya konsentrasimu akan menurun dan kualitas interpretasi pun pastinya akan ikut menurun. Mungkin 1,5 jam masih bisa, tetapi untuk 2-3 jam tanpa jeda, kamu akan sangat kelelahan.
Terlepas dari beberapa tantangan di atas, semua hal pasti ada permulaan dan tahap belajarnya, begitu juga bagi kita para interperter pemula. Untuk mengatasi tantangan-tantangan ini, aku akan tuliskan beberapa tips untuk kalian di tulisan berikutnya, ya.
Di bawah ini beberapa foto kegiatan ketika aku menjadi interpreter dari Bahasa Inggris ke Bahasa Indonesia dan sebaliknya.