Saturday, September 9, 2017

Judging Someone is Judging You

Akhirnya, aku memutuskan untuk tidak terlibat lagi dalam program ini. Apakah ini berarti aku terlalu angkuh? Atau mungkin aku pecundang? Bisa jadi. Tapi, apapun penilaian pihak-pihak yang tahu akan hal ini, dalam hal ini aku bisa memilih dan inilah pilihanku.
-----
Hari ini adalah hari kedua aku menjadi pengajar sukarela (volunteer) di sebuah Sekolah Dasar Islam (SDI) daerah Tangerang Selatan. Aku diberikan amanah untuk mengajar dua kelas dalam sehari. Alhamdulillah, hari pertama yang lalu berjalan dengan lancar. Aku sangat berterimakasih kepada seorang temanku yang sudah berbagi informasi kesempatan untuk mengajar di sini. Menjadi bagian dari sebuah kegiatan sosial seperti ini merupakan sebuah langkah giving back to community yang selalu diajarkan dan ditanamkan kampus almamaterku.

Di kedua kalinya inilah aku bertemu dengan ketua koordinator program yang biasa disapa dengan Ms. X (nama samara) untuk pertama kali. Semuanya berjalan ala kadarnya dan sewajarnya pertemuan pertama,. Kami saling memberikan salam. Setelah Ms.. X menutup pintu mobilnya, aku menyebutkan namaku sambil mengulurkan tangan menjabat tangan Ms. X. Kami (aku, temanku dan Ms. X) pun mulai sibuk memeriksa kesiapan masing-masing kelas yang akan diajar.

Sampai ada saatnya aku terkejut dengan respon si Ms. X.

Ms. X: Fitri, Ms. Z is absent today. Could you please cover her class for today?
Me: Yes, sure. As long as I'm told what the class is and any topics I have to cover, so no problem.
Ms. X: Fitri, please don't  take it seriously. It is not something serious. So, don't be too serious. Relax. We are here as volunteers. Teaching here is not like you teach at where you are teaching. And I don't like it when you say "as long as I'm told", please don't say that to me.
Me: Oh, alright. I'm sorry. I apologize for what I have just said.

What the hell is she talking about??!! Aku kaget, bingung, dan merasa serba salah.

Peristiwa yang cukup singkat tapi tajam ini membuatku berpikir kembali, lagi dan lagi. Aku sama sekali tidak bisa mengerti apa yang dipikirkan oleh si Ms. X ini. Responnya sama sekali jauh di luar bayanganku. Bahkan sepertinya keluar konteks pembicaraan. Disinilah aku menemukan adanya jurang pemisah antara aku dan Ms. X. Kok bisa? Ya aku juga tidak tahu. Berasa aja gitu.

*Mungkin kutipan di atas tidak 100% seperti apa yang terucap, tapi kurang lebih begitulah isinya.

-----

Ketika anak-anak sudah berdatangan dan menuju kelas masing-masing, maka dimulailah sesi belajar. Pertama aku mengajar di kelas intermediate anak-anak kelas 6. Kelas berikutnya adalah pre-basic anak-anak kelas 1. Sebisa mungkin aku mengemas materi pelajaran sedemikian rupa, lebih tepatnya santai dan menyenangkan, seperti yang selalu Ms. X bilang. Di kelas intermediate aku membuat dua pos: pos 1 "I like..." dan pos 2 "I don't like...". Di papan tulis, aku tuliskan beberapa nama buah-buahan dan menanyakan satu-per-satu "Do you like....?", maka si anak harus lari ke pos jawabannya masing-masing. Di kelas kedua, anak-anak mempraktikkan perkenalan "What is your name?" dan "My name is....". Untuk mendapatkan giliran, aku memberikan arahan kepada anak-anak untuk berbaris dalam satu barisan dengan dua orang di bagian depan saling berpegangan tangan dan diangkat keatas untuk dilewati barisan itu (permainan ini biasa dikenal dengan nama Ular Naga; kata anak-anak). Sambil bernyanyi Eeny Meeny Miny Moe, barisan melewati kedua anak yang berpegangan tangan dan ketika nyanyian berhenti maka satu anak dari barisan tertangkap. Di saat itulah si kedua anak menanyakan "What is your name?" dan yang tertangkap menjawab "My name is ...".

Selama di dalam kelas, aku mendapati Ms. X beberapa kali memasuki kelasku dan menyaksikan bagaimana proses belajarnya. Terutama di kelas kedua, Ms. X bahkan sempat berinteraksi juga dengan anak-anak di kelasku itu.

-----

Ms. X: Fitri, can I talk to you for a minute before you leave?
Me: Yes, sure.

Disinilah inti dari tulisan ini, yaitu sederetan nasihat yang diberikan oleh Ms. X. Aku akan coba untuk mengelompokkannya dan mengurutkannya.
  • Saya kaget pertama kali melihat kamu memasukkan tangan di saku blazer kamu. Mungkin kamu tidak bermaksud, tetapi itu menunjukkan bahwa kamu ingin memberi tahu semua orang bahwa kamu lebih daripada yang lain. It shows that you are arrogant. Hey people, I am better than you so stay away from.Body language yang seperti ini menciptakan jarak. Selain itu juga ketika kamu tadi berbicara dengan saya didepan pintu dengan posisi berdiri seperti ini dan kaki seperti ini (Ms. X mempraktikkannya dengan berdiri sedikit bersandar ke tembok dan menekuk santai salah satu kaki, entah yang kanan atau kiri, aku lupa; dan ya memang aku begitu), itu pun menunjukkan bahwa kamu itu lebih hebat dari yang lain. First impression itu kan penting yah. Dan itulah kesan pertama saya ketika bertemu kamu. Mungkin kamu tidak bermaksud tapi begitulah orang lain menilai.
  • I'm teaching ethical business, jadi saya tahu bagaimana cara bersikap dan berperilaku dengan etika yang baik, bagaimana menarik simpati dan perhatian orang lain kepada kita. Karena sebelum membuat orang lain tertarik kepada produk kita, kita harus membuat orang tertarik dulu dengan diri kita dengan nyaman berbicara sehingga orang itu pun penasaran dan ingin tahu tentang produk yang ditawarkan.
  • Saya tahu kamu dari A (nama temanku), jadi saya mebayangkan kamu itu punya sikap dan perilaku seperti dia yang begitu lembut dan baiknya. Kan kita kalau mau menilai seseorang bias dengan melihat temannya, lingkungannya. Makanya saya terkejut ketika bertemu kamu pertama kalinya dengan perilaku yang jauh berbeda dengan yang saya bayangkan.
During her speech, what I said was sorry and thank you. That's all. But of course I showed also appreciation for how much attention she has paid to me during that day.

Anyway, selain hal diatas itu, Ms. X juga panjang lebar menceritakan siapakah dirinya,  perjalanan karirnya, dan juga perjuangannya melaksanakan program ini. Dan, Ms. X juga mengungkapkan bagaimana orang-orang di sekitarnya (her workplace) menunjukkan respect and honour to her behaviour and attitude. Well, I'm not a kind of person who'd value myself as much how people value me. Oya, selama percakapan ini juga Ms. X berulang kali meminta maaf jika apa yang dia katakana kurang berkenan di hatiku.

And, setelah mencermati kembali setiap nasehat yang diberikan, aku jadi terpikir.
  • Kesan pertama bisa jadi penting, tapi kesan pertama bukanlah segalanya. Apalagi kalau kesan pertama ini disimpulkan dari bagaimana Bahasa tubuh seseorang. Bukankah ada banyak faktor yang mempengaruhi seseorang dalam berbuat sesuatu, entah itu secara internal ataupun eksternal. Jangankan pengamatan sehari, hidup bersama teman berminggu-minggu, berbulan-bulan dan bahkan bertahun-tahun pun masih bisa jadi salah dalam memahami sikap seseorang. Lagipula aku meyakini bahwa kita tidak bisa membuat semua orang senang dan bahagia dengan keberadaan dan apa adanya kita, dan aku pun tidak mau memaksakannya. Yang bisa aku lakukan adalah memahami bagaimana diriku dan bagaimana orang lain itu, sehingga dengan segala perbedaan dan persamaan, kami bisa saling mengerti dan memahami untuk mencapai tujuan bersama. Dan menurutku, dengan Ms. X bersikap seperti ini menunjukkan bahwa dia ingin semua orang mempunyai tata karma atau tindak tanduk yang sama seperti apa yang dia yakini. Padahal, beda tempat, beda waktu, beda orang, tindak tanduk itu bisa diartikan dan diterima dengan berbeda-beda.
  • Setiap orang mempunyai gaya dan selera masing-masing dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Sebagai seorang guru, akupun punya gaya dan seleraku tersendiri yang bisa jadi berbeda dengan guru lain. Yang jelas, guru tidaklah dan bukanlah pegawai sales marketing yang berusaha mendekati customer supaya tertarik dengan produk yang ditawarkan. Secara pribadi aku menilai bahwa mereka itu bersikap so sweet ya karena memang seperti itu mereka seharusnya sambil menerapkan strategi-strategi pemasarannya dalam menarik minat pembeli. Lagipula, ini kan menarik simpati dan ketertarikan sesaat. Lain lagi sebagai seorang guru, butuh waktu yang lama sekali untuk bias menjalin hubungan dengan para murid. Nah sebagai manusia biasa, memang kenapa aku harus bersikap dan berperilaku supaya semua orang yang aku temui tertarik? Terus, kalau mereka tidak tertarik, kenapa? Haruskah aku ajak mereka berbicara empat mata supaya mereka tertarik? Hidupku sudah terlalu sibuk dan aku tidak mau lebih menyibukkan diri dengan salah satu tujuan hidup "disukai semua orang". If you like it, lets' rock and if you don't like it, just leave it. Simple.
  • Ms. X membandingkan aku dengan temanku. Aku sempat meng-iya-kan pernyataan nya bahwa kita bisa menilai  seseorang dari siapakah teman-temannya atapun dimanakah lingkungannya. Dan dalam hal ini, lingkunganku bersama temanku itu hanyalah satu diantara banyak lingkungan lainnya dimana aku berada, tumbuh, belajar dan berkembang. Duh, bukannya masih ada banyak faktor lainnya juga yah yang mempengaruhi kepribadian seseorang? (lagi-lagi secara internal maupun eksternal).
-----
Apalah artinya sebuah pengalaman tanpa adanya refleksi diri untuk perbaikan di masa mendatang. Beberapa hal yang aku pelajari adalah:
  • Sebaik dan semulia apapun motivasinya, jangan pernah serta merta memberikan komentar mengenai bagaimana seseorang bersikap atau berperilaku, apalagi pada pertemuan pertama. Bisa jadi, bahkan kemungkinan besar penilaian itu kurang tepat sehingga bisa menyinggung perasaan si penerima.
  • Ketika ada seseorang atau kelompok yang tidak sejalan atau ada ketidaksesuaian dan masih ada kesempatan untuk memilih (apakah bertahan atau pergi), pergilah, karena masih ada banyak orang dan tepat di luar sana yang menerima dengan senyum lebar dan pelukan hangat.
*Setiap manusia tidaklah terlepas dari kesalahan, begitupun aku.




No comments:

Post a Comment

Thank you for the comment.

Mulai tertata (Fri, Day 17 2025)

Dari bangun, langsung bergegas mulai belajar. Padahal rencana mau bangun jam 7. Eh malem semalem baca 2 artikel sebelum tidur dan bikin susa...