Thursday, April 1, 2021

Kolaborasi #Day27

Di hari Senin yang lalu (29 Maret), teman-teman kuliah S2 Pendidikan Bahasa Inggris UIN Jakarta mengadakan reuni virtual lewat Zoom. Ada beberapa yang hadir seperti Ica (penggagasnya), Anwar, Ratna, Aul, Wilda, dan Afti. Aku bisa hadir sejak awal tetapi tidak bisa mengikuti obrolan dengan jelas karena aku masih dalam perjalanan ke rumah dari Sunway Pyramid dan koneksi internet di HP sangatlah lambat. Jadi, aku baru bisa bergabung lagi setelah kira-kira 30-40 menit sampai di rumah. Aku senang sekali bisa bertemu teman-teman lagi lagi untuk bercerita tentang kabar dan berbagi pengalaman. Saat itu Aul dan Ratna sudah pamit karena perlu mengurus anak mereka.    

Setelah aku menyapa semuanya aku sempat menanyakan ke Ica apa saja agenda dalam pertemuan ini. Entah kenapa aku langsung terpikir begitu. Ada sebuah suara dalam hatiku yang mengatakan bahwa aku tidak mau pertemuan ini hanyalah sekedar haha hihi saja. Perlu ada sesuatu yang dibicarakan sehingga menjadi lebih bermakna dan bermanfaat untuk semua yang hadir. Alhasil, karena dari jawaban Ica sepertinya menunjukkan bahwa tidak ada agenda tertentu, jadi I took a step in to lead the discussion.

Dari sepanjang diskusi yang kami lakukan, ada beberapa hal yang menjadi catatanku dan juga menjadi inspirasiku untuk nanti belajar di tingkat S3.

Kedisiplinan. Anak-anak didik teman-temanku saat ini kebanyakan menunjukan kurangnya kedisiplinan, apalagi sejak kegiatan belajar mengajar berubah ke media online. Beberapa hal yang disebutkan adalah soal persentase kehadiran mereka di kelas dan juga pengumpulan tugas. Ica seringkali dianggap sebagai guru dan dosen yang galak karena dia selalu menekankan kedisiplinan ke anak muridnya. Entah apa yang merasuki anak-anak zaman sekarang. 

Budaya membaca. Ica bercerita banyak soal bagaimana anak muridnya mendapatkan informasi untuk beberapa materi presentasi di kelas ataupun tugas yang diberikan. Ternyata kemudahan akses informasi di Google merupakan sumber informasi yang melimpah untuk mereka. Sayangnya, mereka seringkali hanya serta merta menyalin informasi yang didapatkan untuk di gunakan di kelas, kopas (copy paste). 

Teknologi. Cukup menarik ketika Pak Anwar berbagi beberapa cerita tentang beberapa kegiatan dan pelatihan yang dia lakukan di sekolah dan juga di salah satu institusi pemerintahan hingga saat ini terkait penggunaan teknologi untuk mendukung proses belajar mengajar. Aku sangat mendorong teman-teman guru untuk ikut bergabung dengan Pak Anwar, apalagi ada program certified educators yang ditawarkan. Dia juga bercerita tentang grup Belajar Bicara Bahasa Inggris online dengan pertemuan rutin. Lagi-lagi, teman-temanku harus ikutan juga. 

Kurikulum. Aku kaget ketika Kak Wilda bicara soal kurikulum baru yang di terapkan. Aku kurang paham soal kurikulum tapi yang jelas dia sempat menyebutkan kalau kami ini generasi lama dan sudah ada beberapa hal baru yang diterapkan di sekolah yang bahkan mereka belum mendapatkan sosialisai ataupun pelatihannya. Ya, pastinya seiring berjalannya waktu akan selalu ada perubahan-perubahan. Perubahan itu sesuatu yang tidak bisa disangkal kan. Akan tetapi sangat disayangkan sekali kalau teman-teman tidak mendapatkan pelatihan yang memadai sebelum penerapan dilakukan. 

MGMP. Setelah mendengar sederetan cerita dari teman-teman yang kebanyakan adalah permasalahan dan keluhan selama menjadi seorang guru, terutama guru Bahasa Inggris, aku kemudian menanyakan soal program professional development untuk para guru. Ternyata memang ada, yaitu MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran). Menariknya, aku pun baru tahu soal ini, mereka tidak ada yang mengikuti MGMP sama sekali. Kalian tahu alasannya apa? Karena MGMP biasanya dihadiri oleh guru-guru yang sudah lama dan yang mengikuti ya itu-itu saja, seperti sudah ada kelompok atau geng khusus. Eksklusif sekali ya? Senioritas nya kental ya? Padahal kalau ini terbuka untuk semuanya, mereka bisa bertukar pikiran dan saling berbagi saran untuk menyelesaikan masalah atau tantangan yang di hadapi selama proses belajar mengajar. 

Motivasi. Hal lain yang menarik perhatianku adalah soal motivasi para anak murid teman-temanku. Mereka menceritakan bagaimana anak murid mereka tidak memaknai proses belajar yang mereka lakukan. Bahkan seringkali mereka menemukan anak murid yang menyepelekan dengan kehadiran mereka di kelas dan tidak mengerjakan tugas yang diberikan. Terlebih lagi, mereka yang mengajar di sekolah swasta kadangkala mendapatkan tekanan dari pihak orang tua ketika mereka ingin melakukan beberapa upaya meningkatkan kedisiplinan anak atau mendorong motivasi mereka dalam belajar. Tampaknya cukup sulit. 

Dari sini aku melihat bahwa kami harus berkolaborasi dan bersinergi untuk bersama-sama belajar dan berbagi supaya kami masing-masing terus melakukan perbaikan dalam bidang kami masing-masing. Semoga ini bisa kami wujudkan, setidaknya aku bisa melakukan langkah-langkah kecil. Apakah itu? Akan aku ceritakan nanti di waktu lain. 


No comments:

Post a Comment

Thank you for the comment.

Mulai tertata (Fri, Day 17 2025)

Dari bangun, langsung bergegas mulai belajar. Padahal rencana mau bangun jam 7. Eh malem semalem baca 2 artikel sebelum tidur dan bikin susa...