Setelah aku simak detail cerita yang Dian bilang, ada beberapa hal yang aku pelajari.
Selama kita hidup, kita selalu diajarkan untuk menjadi orang yang jujur. Apa adanya. Sehingga selama kita tumbuh dewasa, kita selalu berusaha untuk bersikap sejujur-jujurnya. Mungkin ada kalanya tidak jujur. Tapi itupun mungkin karena epepet dan ada tujuan lebih besar yang ingin dicapai, salah satunya adalah untuk tidak menyakiti atau menyinggung perasaan orang lain. Nah, secara tidak sadar juga kita akan menerima atau menganggap orang lain itu akan selalu jujur terhadap kita. Makanya, kalau kita ingat-ingat, bisa jadi ada kalanya kita merasa sedih atau kecewa ketika ada seseorang yang tidak berkata atau bersikap jujur terhadap kita. Ya, karena secara tidak langsung kita punya harapan bahwa semua orang akan jujur, seperti kita. Dan seperti yang kita tahu, ketika kenyataan tak sejalan dengan harapan, hasilnya adalah kekecewaan dan kesedihan. Soal Dian yang kena prank, dia itu orang yang sangatlah jujur dan jarang sekali atau bahkan tidak pernah curiga atau bahkan berburuk sangka kepada orang lain. Dia selalu menerima apa yang dia lihat dan dia dengar sebagai sebuah kebenaran dan kejujuran. Makanya dia mudah sekali percaya soal MLM yang diceritakan temannya itu dan sampai tertarik.
Secara tidak langsung dari bagian di atas, kita bisa memahami bahwa ada sebuah pedoman hidup yang melekat dalam diri kita, yaitu bersikap jujur adalah sebuah keharusan bagi semua orang. Akan tetapi, untuk beberapa orang pada tahap kehidupan tertentu, bersikap jujur itu menjadi sebuah pilihan, bukan kewajiban lagi. Mereka bisa memilih untuk jujur atau tidak jujur. Untuk menjadi apa adanya dan seadanya atau menjadi versi yang mereka buat. Hal ini mereka lakukan selama mereka tidak merugikan orang lain. Makadari itu, aku bisa saja menciptakan versiku sendiri yang berbeda di waktu dan di lingkungan tertentu. Misalkan, aku memang pada dasarnya suka bicara dan suka bercanda. Aku bisa saja bersandiwara dengan tidak menjadi apadanya dan merubah versiku menjadi sosok yang pemalu dan pendiam. Aku bisa dengan mudah menciptakan pencitraan ini. Nah, kalian pun pasti bisa saja selama kalian mau. Masing-masing dari kita sepenuhnya memegang kendali diri kita sendiri. Tapi, masalahnya adalah sandiwara ini akan sangat melelahkan karena ketika kita berbohong dan tidak jujur, atau dengan kata lain tidak menjadi apa adanya, kita membutuhkan energi yang sangat banyak. Ini melelahkan. Pilihannya akan kembali lagi ke kamu, kamu siap atau tidak? Nah, makanya teman-teman Dian yang menawarkan MLM sempat bingung ketika Dian terus-terusan bertanya informasi lebih lanjut soal MLM nya itu karena itu berarti mereka harus melanjutkan karangan cerita mereka dan sandiwara mereka. Melelahkan, kan?
Dari pengalaman ini aku menuju sebuah kesimpulan bahwa yang terbaik untuk aku lakukan adalah menjadi diriku sendiri apa adanya dengan selalu membuka mata untuk melihat berbagai kemungkinan bahwa not every thing is the way it is atau not every one is the way he or she is. Cukup itu saja. Dengan membiarkan mataku terbuka lebar bahwa kenyataan itu tidak harus selalu seperti apa yang aku percayai dan harapkan, ini akan membuatku lebih mudah dan lebih bijak dalam berurusan dengan orang lain. Jadi, aku akan memainkan peranku dalam sandiwara kehidupan ini dengan sebaik-baiknya dan sehormat-hormatnya, dan tidak lupa bahwa orang lain pun bersandiwara.
No comments:
Post a Comment
Thank you for the comment.