Beberapa waktu yang lalu aku sempat terpikir untuk lanjut kuliah S3 di Malaysia sambil bekerja. Aku berusaha untuk mencari beberapa kesempatan beasiswa yang ada di sini. Tapi, setelah aku pikir-pikir, kalau aku ambil program beasiswa, aku tidak bisa sambil bekerja di perusahaanku saat ini. Aku sudah terlanjur jatuh cinta dengan perusahaanku. Akhirnya, alternatif lainnya adalah untuk kuliah part-time. Aku mencari dan mengumpulkan informasi dari beberapa universitas di sini yang menawarkan program S3 part-time di bidang pendidikan atau bahasa. Sayangnya, mereka tidak membuka program S3 part-time untuk mahasiswa internasional, hanya untuk lokal.
Momen ini mengingatkan aku dengan beberapa tahun yang lalu ketika aku ingin sekali bisa mendapatkan beasiswa untuk kuliah ke luar negeri seperti LPDP (Lembaga Pengelola Dana Pendidikan), Chevening, Fullbright, Australia Awards dana beberapa lainnya yang aku sudah lupa. Sayangnya tidak ada yang lolos. Setelah satu tahun bekerja dan sambil berjuang mendaftarkan diri ke program beasiswa di beberapa universitas dan tidak lolos, aku memutuskan untuk lanjut kuliah S2 dengan biaya sendiri di UIN Jakarta. Waktu itu aku sambil mengajar part-time di English First (EF) Pondok Indah dan di Sampoerna Academy dengan penghasilan yang lebih dari cukup untuk membayar biaya kuliahku dan sebagian aku sisihkan untuk tabungan. Akhirnya, aku berhasil lulus di tahun ketiga. Not bad!
Hal ini juga mengingatkan aku di detik-detik setelah aku lulus SMA. Beberapa guruku mengkhawatirkanku dan beberapa kali menanyakan kemana aku akan melanjutkan kuliah. Mereka sangat berharap aku bisa melanjutkan ke jenjang perguruan tinggiiversitas karena mereka sangat tahu kemampuanku dari beberapa prestasi yang aku capai di dalam dan di luar kelas selama di sekolah. Aku ingat saat itu aku coba mendaftarkan diri ke program beasiswa Universitas Bakrie dan mengikuti tesnya. Aku diterima dengan sejumlah potongan biaya pendidikan, tidak sepenuhnya dibebaskan. Saat itu juga aku merasa bahwa aku tidak akan mampu. Selain Universitas Bakrie, aku hanya mencoba ke Sampoerna School Education (SSE) yang sekarang jadi universitas almamaterku yang selalu aku banggakan. Saat itu juga ada salah seorang guru yang menawarkanku untuk ikut beasiswa Bidik Misi ke IAIN Raden Intan Lampung, tetapi aku tidak menanggapinya karena aku hanya ingin kuliah ke Jakarta. Aku tidak ingin di Lampung lagi. Oya, waktu itu aku sempat mempersiapkan pendaftaran untuk beasiswa ke Universitas Al-Azhar juga tetapi tidak aku selesaikan karena aku merasa tidak mantap sepenuhnya dengan beberapa program yang ditawarkan seperti Bahasa Arab, Tafsir dan beberapa ilmu Islam lainnya.
Seperti itulah perjuangan untuk terus melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dengan keterbatasan biaya. Terkadang aku menjadi salah satu orang yang beruntung dan mendapatkan pengurangan ataupun pembebasan biaya pendidikan di sekolah, dan ada kalanya aku kurang beruntung dan tidak mendapatkannya di tingkat universitas. Tapi, caraku sekarang dalam melihat situasi saat ini sudah berbeda, menunda-nunda waktu untuk melanjutkan pendidikan karena terus mengejar beasiswa bukanlah satu-satunya pilihan. Pertanyaannya adalah, bukankah kita bisa kuliah dengan biaya sendiri?
Kuliah dengan biaya sendiri mendorong kita untuk semakin bekerja keras untuk bisa membayar biaya pendidikan dan pada saat yang sama belajar dengan sungguh-sungguh agar tidak menyia-nyiakan uang yang sudah dibayarkan dengan memaksimalkan kesempatan dan fasilitas di tempat perkuliahan sebaik-baiknya dan sebanyak-banyaknya. Intinya dengan kata lain tidak mau rugi.
Kuliah dengan biaya sendiri bukan berarti kita lebih rendah atau tidak sebagus mereka yang mendapatkan beasiswa. Mereka yang berhasil mendapatkan beasiswa merupakan beberapa orang cerdas dan pintar yang beruntung diantara banyak orang cerdas dan pintar lainnya di luar sana. Bagus atau tidaknya seseorang itu bukan tergantung pada siapa atau bagaimana biaya kuliah dibayar, tapi tergantung pada keingingan dalam diri yang kuat untuk menjadi pribadi pembelajar menjadi lebih baik dari waktu ke waktu.
Kuliah dengan biaya sendiri bisa sesuka hati melakukan apapun yang diinginkan setelah lulus. Aku terpikir hal ini ketika tahu ada beberapa teman yang kuliah dengan beasiswa yang di berikan pemerintah, tetapi akhirnya memilih untuk melanjutkan karir di bidang atau di tempat yang bisa memberikan banyak keuntungan untuk dirinya sendiri. Meski demikian, pastinya ada banyak juga yang mengabdikan diri ke masyarakat dengan segala keterbatasannya. Anyway, intinya adalah dengan kuliah berbiaya sendiri kita bisa dengan leluasa mengepakkan sayap sesuai keinginan di manapun dan di bidang apapun.
Tidak lucu kan kalau kita menunda-nunda atau bahkan sampai tidak melanjutkan pendidikan hanya karena tidak juga mendapatkan beasiswa. Jadi, untuk kalian para pejuang beasiswa, kuliah dengan biaya sendiri masih selalu bisa menjadi alternatif pilihan. Kalau menurut kalian bagaimana?
No comments:
Post a Comment
Thank you for the comment.