Sunday, May 15, 2016

Catatan Kaki KKN 4, 5 & 6

Rabu, 23 April 2014

Hari ini seperti biasa kami mengawali hari dengan memasak. Memasak tempe oncom dan sambal terong yang ternyata si Eko dan Kris tidak doyan. Yah itu mah derita mereka. Selanjutnya kami menuju ke perpustakaan untuk melanjutkan merapikan karpet sampai dhuhur dan pulang untuk beristirahat  sejenak kemudian makan siang. Karpet pun sudah rapi dipasang. Oya, siang ini 3 teman lainnya akan datang sehabis dhuhur. 

Setelah 3 teman yang lain dari Jakarta sampai di base camp, beberapa waktu kemudian kami berlima ke perpustakaan terlebih dahulu untuk memulai membersihkan buku.   Mereka menyusul kemudian. Kami berada disana sampai waktu ashar dan sewaktu di perjalanan pulang aku bertemu dengan Teh Vina sedang mengendarai motor. Teh Vina bilang akan menyusul ke perpustakaan dan sekaligus menawarkan untuk belajar Matematika Basis 10 bersama Kakek Hakimi.

Di sore harinya teman-teman berpesta ria makan pempek Palembang. Aku tidak bisa makan cuka, makanya tidak ikut bergabung. Karena bingung hendak makan apa, jadi aku tidur lebih dulu. Oya, teman-teman laki-laki pergi untuk mengangkut meja yang ada di SD dan kemudian dibawa ke perpustakaan.

Kamis, 24 April 2014

Hari ini kami semua sudah berkumpul. Kami mengawali hari dengan rapat untuk persiapan hari ini dan mencurahkan segala unek-unek (beban) yang ada dalam diri kami masing-masing. Setelah sesi ini, semuanya netral kembali dan tidak ada lagi rasa 'ngambek' (terutama aku pribadi).

Aku baru ingat kalau di belakang rumah ada gotong royong para bapak-bapak untuk membersihkan saluran air di sawah. Kegiatan ini biasa disebut 'karitan' (kalau tidak salah). Informasi ini disampaikan Mang Empu kemarin ketika bertemu denganku dan teman-teman. Kemudian empat teman laki-laki pergi ke sawah dengan persenjataan masing-masing, diantaranya cangkul dan sabit. Salah satu dari bapak-bapak di sana bahwa mereka harus memakai autan supaya tidak gatal. Aku ikut pergi ke sawah, tapi hanya sekedar mendokumentasikan aktifitas mereka.

Setelah mereka selesai, mereka langsung mencangkul halaman depan rumah. Biar sekalian kotor katanya. Dan diwaktu yang sama semua teman perempuan memasak di dapur mempersiapkan makan siang. Setelah makan siang kami berangkat ke perpustakaan lagi untuk membersihkan buku-buku lagi. Oya, kemarin setelah magrib, kami para perempuan bersama Afilin berkunjung ke rumah Bik Rum dan Mang Empu untuk bersilaturrahmi. Pada saat yang sama, para lelaki mengangkut meja dari SD. Tetapi sebelumnya kami ke Kadus (kepala dusun) untuk menyerahkan fotokopi KTP.

Setelah istirahat makan siang, kami menuju ke perpustakaan lagi untuk membersihkan buku. Buku yang ada di perpustakaan sangatlah banyak. Maka dari itu membutuhkan waktu yang sangat lama untuk menyelesaikannya. Kami membersihkan sampai waktu ashar dan di malam harinya Teh Vina berkunjung untuk berdiskusi lagi.

Jumat, 25 April 2014

Pagi ini kami mencoba sarapan nasi uduk. Aku membelinya dengan Teh Ana. Tempatnya cukup jauh.  Oh ya, kemarin sore Mas Ikin dan Afilin berangkat pulang ke Jakarta. Jadi sekarang tinggal ber-enam. Dan aku lalai karena hanya beli 5 bungkus nasi uduk.

Setelah sarapan, aku baru ingat kalau pagi ini ada pengajian ibu-ibu. Aku dan Rina langsung bersiap dan berangkat berama Emak Um dan Bi Rum. Di tempat pengajian kami dipersilahkan untuk memperkenalkan diri ke para ibu jamaah majelis ta'lim. Sepulangnya dari pengajian, Kris dan Eko pamit ke kantor pos untuk mengambil paket. Setelah waktu sholat Jumat, dhuhur dan makan siang usai, kami ke perpustakaan lagi. Dan pulangnya kami mampir sejenak di rumah Teh Vina dan bertemu Teh Neni dan Abah. 

Aku dan Rina sholat magrib di masjid. Sepulang dari masjid, Abah datang kerumah dan mengajak untuk berkunjung ke rumah Mang Udin untuk minta izin mengolah tanah pekarangannya.

Friday, May 13, 2016

Catatan Kaki KKN 3

Selasa, 22 April 2014
Baiklah, aku memutuskan hal yang aku pelajari saja, tidak harus semua kegiatan di hari ini akan kuceritakan.

Pagi-pagi sekali  terdengar suara berisik mesin di depan ruumah. Karena aku mengantuk, jadi tetap melanjutkan tidur tanpa memperdulikan suara gemuruh itu. Setelah dibangunkan oleh teman-teman untuk sarapan, aku langsung bangun dan makan. Setelah itu kami langsung menuju ke lantai dua masjid (tempat kami melaksanakan program perpustakaan). Dan ternyata suara berisik itu berasal dari mesin penggiling padi di depan rumah. Mesin sudah berhenti bekerja ketika aku hampiri. Mas ikin sudah berdiri disitu dari tadi sepertinya. Setelah menimbang beras hasil penggilingan, Mang Empu (salah satu putra Mak Um dan juga tinggal satu rumah dengan Mak Um, tepat bersebelahan dengan base camp kami. Mang Empu tidak lain adalah kakak laki-laki Bu Iik) memberikan sejumlah uang ke si akang penggiling. Mas Ikin pun bertanya ke Mang Empu berapa jumlah pembayaran unntuk menggiling. Beliau menjawab, 5000 per kg. kami pun bercakap-cakap sedikit dengan si akang penggiling.

Mobil penggiling keliling berjalan mengelilingi desa kalau-kalau ada yang mau menggiling. 'Dedak' atau bubuk kulit padinya dimiliki oleh si penggling, katanya untuk pakan kuda. Dedak dari penggiling di pabrik katanya lebih halus diibandingkan dengan hasil penggiling berjalan. Entah karena apa, kami tidak menanyakannnya. Tapi mungkin karena kualitas mesin itu sendiri. Setelah itu ada seorang nenek yang tampaknya baru saja dari sawah ingin membeli kotoran penggiling tersebut untuk pakan bebek katanya. Ia membeli Rp 5.000 dan memberikan kantong ke si akang penggiling. Dan si nenek ngomel terus menerus karena yang diberikan hanya sedikit. Masih terus saja mengomel karena yang jumlah yang didapatkannya bisasanya Rp 5.000 untuk 2 kg. tapi ini mungkin hanya 1 kg saja. Sambil membereskan mesin penggiling, kedua akang penggiling mengacuhkan si nenek. Dan mungkin karena mereka tidak tahan dengan omelan si nenek, si akang mengembalikan uang Rp 5.000 dan meminta nenek untuk memberikannya Rp 3.000. Si nenek langsung mencari-cari di dompet berwarna hitam dengan risleting putih. Tampaknya tidak terlalu ada banyak uang didalamnya. Nenek hanya menemukan uang Rp 2.000 dan menukarkan uangnya pada saya. Karena saya tidak sedang membawa uang, saya minta tolong kepada Eko dan Ikin yang juga ada didekat situ untuk mengambilkan uang. Setelah uang sudah ditukar, nenek langsung memberikan Rp 3.000 ke akang penggiling dan menuju pulang. Si akang pun pergi menggunakan mobil penggilingnya. Oya, setelah si nenek pergi, Mang Empu mengatakan si nenek setelah dari sawah untuk mencari '……..' haduh, aku lupa istilahnya. Ini adalah padi yang tumbuh lagi setelah tanaman padi yang sebenarnya sudah di panen. Biasanya setelah di panen, batang padi yang ditinggalkan akan tumbuh lagi beberapa dan juga menghasilkan buah. Hasilnya tidak sebagus padi utama kata Mang Empu.

Kami menuju perpustakaan bersama Abah, ternyata kuncinya masih di SD (gedung perpustakaan sebelumnya yang menjadi sasaran kemarahan warga dan dibakar). Jadi, si Abah meminta tolong ke beberapa orang yang ada di sekitar situ (bapak-bapak) untuk mengambilkan kuncinya. Dari situ aku melihat betapa besarnya peran si Abah. Setiap orang dengan senang hati membantu, kecuali beberapa pihak yang tidak usah saya sebutkan.

Karena kunci tidak juga ditemukan, maka pintu pun dicongkel dan kami bisa masuk. Kemudian kami mulai membersihkannya sampai waktu dhuhur dan kemudian pulang untuk bersih-bersih dan sholat dhuhur. Kemudian setelah makan siang kami kembali lagi ke perpustakaan lantai dua untuk melanjutkan bersih-bersih. Dan karpet pun sudah terpasang dengan rapi dan sisanya dilanjutkan esok hari.

Thursday, May 12, 2016

Catatan Kaki KKN 2

Senin, 21 April 2014

Pagi ini diawali dengan memasak bersama teman-teman. Berdasarkan rekomendasi Bu Iik, kami berbelanja di penjual sayur tetangga, tepatnya di rumah ketiga sebelah kanan (kalo tidak salah, hehehe).  Kami mulai berinteraksi  dengan tetangga dengan berbelanja. Aku pergi belanja dengan Eko. Kami berbelanja kangkung dan bahan sayur sop.

Setelah menikmati sarapan, Teh Vina datang ke rumah (base camp) dan kita semua langsung menuju ke kantor kecamatan. Sesampainya disana kami berlima menunggu di luar dan Teh Vina masuk terlebih dahulu. Beberapa menit kemudian Teteh memanggil kami untuk mengikutinya menuju ruang Pak Camat.
Pak Camat tersebut baru saja menjabat sebagai Camat, Teh Vina  belum mengenalnya dan bahkan ini adalah pertemuan pertama kali. Semalam, Teh Vina memikrkan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi ketika bertemu dengan si Pak Camat. Dan akhirnya tadi pagi buru-buru membuat surat pengantar atas nama Yayasan Sadamekar untuk teman-teman KKN.

Selama berbincang dengan pak camat, Teh Vina menjelaskan secara umum apa itu Yayasan Sadamekar yang kemudian menjelaskan tentang program KKN yang diadakan oleh pihak kampus (Sampoerna School of Education) di wilayahny, Desa Sukapura. Kesimpulan pertemuan tersebut adalah diharapkan Teh Vina menginfomasikan perihal ini juga ke beberapa pihak, salah satunya adalah kementerian pendidikan karawang. Dan pak camat juga menanyakan kenapa hanya di Desa Sukapura saja, tidak di desa lainnya.

Sepulangnya dari Kantor Kecamatan aku dan teman-teman langsung menuju rumah, tetapi Teh Vina langsung berangkat menuju Jakarta. Kami pun berpisah. Ternyata di rumah sudah ada anak-anak yang menunggu. Kami langsung menyapa dan bercakap-cakap dengan mereka. Kami saling berkenalan dengan beberapa anak-anak tidak hadir kemarin dan dilanjutkan dengan membaca buku yang kami bawa dari Jakarta. Beberapa waktu kemudian kami mengakhiri pertemuan dengan anak-anak, meskipun mereka masih saja berada di rumah, bermain dengan anak-anak lainnya.


Kami memasak untuk makan siang bersama. Rencananya setelah makan siang kami diajak Bang Oris untuk melakukan pengomposan di kumbung jamur. Sayannya ketika kami kesana, ternyata pengomposan sudah selesai. Betapa memalukannya kami. Selebihnya kami beristirahat di rumah. Dan di malam hari Teh Vina menghampiri kami di base camp.

*Bang Oris adalah teman Teh Vina yang juga ikut serta mengembangkan kumbung jamur di Desa Sukapura.

Wednesday, May 11, 2016

Catatan Kaki KKN

Catatan ini di tulis di pagi hari, Senin 21 April 2014, karena memang semalam cukup lelah sekali, butuh recharge energi untuk menghadapi hari ini. Di bawah ini aku ceritakan cerita kecil perjalanan ke Karawang, lokasi KKN (Kuliah Kerja Nyata), dimana aku akan belajar banyak hal dari masyarakat dan akan mencoba membantu mereka.

Aku berangkat bersama dua orang teman, Farikhin dan Afilin. Aku perempuan satu-satunya yang berangkat hari ini, karena masih ada Eko dan Kris yang berangkat menggunakan motor. Aku kecewa, dan sangat kecewa ke beberapa teman, tepatnya Rina, Ela dan Elia yang tidak bisa menepati janji dan berkomitmen  untuk berangkat hari ini juga. Persoalan perasaan kecewa ku tidak perlu aku ungkapkan disini. Tapi yang jelas semuanya itu akan aku sampaikan ketika kami semua sudah berkumpul. Jadi tak ada lagi omongan di belakang dan supaya semoga mereka bisa mengambil pelajaran dari pengalaman ini.

Alhamdulillah perjalanan berjalan lancar, kami duduk di bis berkursi 3, kumpul jadi satu. Sesampainya di Lamaran (suatu daerah yang dicirikan dengan flyover dan perempatan besar), mampir di tukang gorengan yang beberapa waktu lalu juga mengobati rasa lapar kami. Beberapa waktu kemudian si angkot biru jurusan Pasar Rawamerta muncul dan kami menaikinya. Sambil asik makan gorengan, kami, mungkin saya sendiri, menyimak percakapan seorang ibu dan anak gadisnya yang juga seorang santri di salah satu pesantren di Rawamerta.  Kata si Ibu, Rawamerta memang sudah terkenal dengan pesantrennya. Aku baru tahu hal tersebut pada saat itu. Dan setelah melalui separuh jalanan, ternyata ada sebuah bangunan pesantren baru yang di bangun tepat di sebelah kanan badan jalan dengan di kelilingi persawahan. Aku juga ikut mengamati. Kebanyakan atau bahkan memang semua santri yang terlihat mondar-mandir di sana berjenggot panjang untuk laki-laki dan bercadar untuk yang perempuan.  Sambil lalu, sampai juga di Pasar Rawamerta, tujuan akhir si angkot biru. Setelah duduk sebentar di depan warung, kami mampir ke warteg untuk makan siang, sekaligus berkenalan dengan si teteh warteg. Aku dan Ikin lumayan lama menunggu si Filin yang katanya mau ke ATM, jadi kami melanjutkan perjalanan lebih dahulu ke rumah yang kami tuju untuk base camp.

Sesampainya di rumah yang kami tuju, kami dibantu seorang bapak untuk menemui tuan rumah. Setelah itu bertemulah kami dengan seorang Ibu. Beliau memperkenalkan diri dengan nama Yanik. Padahal sebelumnya diinfokan bahwa kami akan tinggal di rumah Ibu Iik. Si Ikin menanyakan ke Bu  Yanik tentang Bu Iik, eh ternyata Ibu Iik adalah beliau. Tawa pertama pun pecah di saat itu juga. Sambil menunggu Filin, kami menikmati puding dan air putih yang disajikan Bu Iik. Seorang nenek tua menghampiri. Beliau adalah Ibunya Bu Iik, lebih senang dipanggil Mak Um. Berbincang-bincang ringan tentang kami dan tentang Karawang ini. pertanyaanku yang pertama kali muncul adalah, 'disini lagi musim apaan Bu, Mak?'. Mereka pun memaparkan cerita pendek bahwa saat ini Karawang sedang paceklik, yang artinya sedang tidak ada yang di panen. Beberapa hari yang lalu warga memanen padi, sayangnya yang biasanya dalam  1 hektar bisa menghasilkan sampai dengan 5 ton, sekarang hanya bisa menghasilkan 1 ton. Itu ukuran bersih setelah di 'bawon' (membayar upah pekerja dengan gabah hasil panen). Dan paling banyak hanya bisa sampai dengan 4 ton saja. Sayang sekali. Selain padi, tidak ada hasil bumi lainnya yang dikembangkan. Bu Iik sedikit bercerita tentang percobaan sederhananya berkebun di halaman depan rumah yang nanti akan aku ceritakan lebih lengkapnya.

Tak lama setelah berbincang, si Filin akhirnya sampai juga. Beberapa menit kemudian disusul oleh Kris dan Eko. Semua tas di letakkan di halaman belakang Bu Iik yang menurutku cukup luas, adem dan nyaman untuk kelesotan (tiduran, terutama di siang hari). Sambil beristirahat, ngobrol dengan Emak dan Bu Iik, Dek Nurul juga, Teh Vina pun datang. Tidak tanggung-tanggung langsung saja di briefing dan seperti biasa 'dikerjain' dan 'dibikin gila'. *hahaha. Dan lagi, muncul sosok baru, namanya Teh Ana. Teh Ana tinggal bersama Emak. Rumah Emak bersebelahan dengan rumah Bu Iik. Teh Ana tidak lain adalah adik bontotnya Bu Ii. Ketika asik briefing sambil bercanda tawa, ada anak-anak mengintip dari balik tembok. Teh Vina pun memanggil dan meminta mereka untuk memperkenalkan diri, kami juga memperkenalkan diri ke mereka. Dilanjutkan dengan anak-anak latihan tari Jaipong.

Semakin sore, semua teman laki-laki sholat ashar dan pergi mengendarai motor untuk berbelanja. Pada saat itupun, setelah anak-anak latihan tari sebanyak 2 kali, Teh Vina meminta mereka untuk pulang karena sudah sore dan meminta mereka untuk datang di keesokan harinya, hari Senin (yang tidak lain adalah hari ini). Kebetulan anak SD libur karena para guru mengikuti rapat sekolah. Kemudian aku mandi dan sholat ashar. Sewaktu mendekati magrib, Teh Vina berangkat pulang meninggalkan rumah Bu Iik.

Setelah sholat magrib dan makan bersama. Oya, kami masak nasi dan Bu Iik menyediakan sayur asem loh. Alhamdulillah. Setelah selesai makan, kami bersiap menuju ke rumah Teh Vina untuk selanjutnya bersilaturahmi ke beberapa tokoh masyarakat. Dan ternyata Teh Vina sudah menunggu duduk manis di teras depan rumah, sambil 'berpuisi' katanya.

Kunjungan pertama menuju ke Pak Wakades (Wakil Kepala Desa), Pak Haji Elam. Disana kami berkenalan dan menyerahkan fotokopi KTP sebagai warga pendatang yang baik. Alhamdulillah penerimaannya sangatllah baik dan hangat. Selanjutnya kami menuju ke rumah Pak Kades (Kepala Desa). Sayangnya beliau tidak ada ditempat dan kami diminta untuk menunggu selama 1 jam. Sambil menunggu kami ke rumah wetan (rumah lain milik keluarga Teh Vina) , disana ada Ayah dari Teh Viina. Aku lebih senang memanggilnya Abah. Sambil bersilaturrahmi, Abah bercerita panjang lebar tentang kondisi Desa Sukapura saat ini dan juga  tentang apa yang menimpa beliau selaku mantan Ketua BPD (Badan Permusyawaratan Desa). Pastinya banyak hal yang bisa kami pelajari dari beliau.

Tepat jam 8.30 kami kembali menuju rumah Pak Kades setelah kurang lebih 1 jam. Dan kami bertemu dengan beliau. Singkat cerita, kesimpulan pertemuan tersebut menghasilkan kesimpulan bahwa besok kami harus datang ke kantor kecamatan untuk menyampaikan perihal KKN ini. Setelah itu kami langsung mohon undur diri. Sebelum menuju ke base camp, kami mampir ke rumah Teh Vina untuk membicarakan hal yang akan kami laksanakan keesokan harinya, yaitu kunjungan ke kantor kecamatan. Kemudian, kami pulang menuju base camp. Di sini kami berdiskusi mengenai beberapa hal yang telah disampaikan oleh Teh Vina sebelumnya. Diantaranya tentang rincian program dan jadwal piket harian. Sebagai PIC (Person in Charge) kegiatan berkebun di pekarangan, aku mencari berbagai informasi tentang beberapa tanaman yang tidak terlalu lama masa panennya. Dan kami pun beristirahat.

ATLAS.ti keren! (Day 129)

Aku ke kampus agak siangan buat ikutan sesi training cara pakai ATLAS.ti buat analisa data, terutama analisa qualitative. Keren banget sih t...