Tuesday, September 12, 2017

If I'm a parent, I will.....

Last Sunday I had a session with my two private students, they are a big bother (Grade 5) and a little sister (Grade 2). It was the second session and I found some interesting things here.
  • The girl had Rp 100.000 on her hand (one piece of money) rolled into a small roll. She told me that she got that money from her friend at school. Once I asked her why her friend gave the money to her, she said she didn't know. Her friend just gave it. Quietly she told me that none of her mom, dad or nanny knew about it. Only her big brother knew it. She kept holding the money while sometimes she put it in the pocket of a doll. I asked her "What are you gonna do with it?" "Just to have it" she said.
  • While we were studying, the big brother was standing on his knees while putting his arms on a folding table. Suddenly the table fell down and one of the tables' leg was broken. He looked panicking right after that happened then he said "Okay, let's pretend that there is nothing happens." He tried to fold the table and put that away from us. He was trying to keep it as a secret.
  • It was quite surprising for me when the kids, especially the big brother, talked about sexual stuff. I didn't really pay attention to what both were talking about but I got the part when the brother was telling about "Milk comes out of the body" and the sister tried to explain to me that her big brother was talking about the milk coming out of breast. Shockingly the boy tried making clear about what he had said before that it was not the one coming out of the breast but he referred his hands to his private part. I grab his attention to the lesson as soon as he was saying that.
From what happened above, I started thinking about myself what kind of parent I would be. I'm sure that those kids were behaving that way as how their parents had been educating and building the relationship with them. So, these are what I'm going to do if I'm a parent one day:
  • Asking my kids about how their school life including friends, teachers,  subjects and anything since I am not there and I can't always keep my eyes on them every time. Not just asking then ends, but following with expressive responds and digging more particular things that I might find interesting or important. Well, I am sure there would be many things to be discussed and to let my kids learn from their experience to be a better person. 
  • Not showing anger as the first respond once my kid is making a mistake or doing something not the way it is. Being angry as the first respond would likely cause my kids to be afraid of telling me anytime they are making mistakes. They don't want me to get angry, so better they keep it for themselves. And I don't want that happens. Also, it is possible for my kids to hide anything that they might consider to be something wrong and also they would be reluctant to try something new because they are afraid of failure afterwards.
  • Paying more attention to the use of internet by my kids. While playing with any gadget supported by an internet connection, the kids might access anything inappropriate for their age there with or without intention. Of course it's not going to be easy but I'll try y best to always have a talk with my kids about what to see and not to see and why. Blocking some websites and contents may also be helpful in this case.
Well, being a parent is a long-life learning journey. If I can start by now, why not?

Saturday, September 9, 2017

Judging Someone is Judging You

Akhirnya, aku memutuskan untuk tidak terlibat lagi dalam program ini. Apakah ini berarti aku terlalu angkuh? Atau mungkin aku pecundang? Bisa jadi. Tapi, apapun penilaian pihak-pihak yang tahu akan hal ini, dalam hal ini aku bisa memilih dan inilah pilihanku.
-----
Hari ini adalah hari kedua aku menjadi pengajar sukarela (volunteer) di sebuah Sekolah Dasar Islam (SDI) daerah Tangerang Selatan. Aku diberikan amanah untuk mengajar dua kelas dalam sehari. Alhamdulillah, hari pertama yang lalu berjalan dengan lancar. Aku sangat berterimakasih kepada seorang temanku yang sudah berbagi informasi kesempatan untuk mengajar di sini. Menjadi bagian dari sebuah kegiatan sosial seperti ini merupakan sebuah langkah giving back to community yang selalu diajarkan dan ditanamkan kampus almamaterku.

Di kedua kalinya inilah aku bertemu dengan ketua koordinator program yang biasa disapa dengan Ms. X (nama samara) untuk pertama kali. Semuanya berjalan ala kadarnya dan sewajarnya pertemuan pertama,. Kami saling memberikan salam. Setelah Ms.. X menutup pintu mobilnya, aku menyebutkan namaku sambil mengulurkan tangan menjabat tangan Ms. X. Kami (aku, temanku dan Ms. X) pun mulai sibuk memeriksa kesiapan masing-masing kelas yang akan diajar.

Sampai ada saatnya aku terkejut dengan respon si Ms. X.

Ms. X: Fitri, Ms. Z is absent today. Could you please cover her class for today?
Me: Yes, sure. As long as I'm told what the class is and any topics I have to cover, so no problem.
Ms. X: Fitri, please don't  take it seriously. It is not something serious. So, don't be too serious. Relax. We are here as volunteers. Teaching here is not like you teach at where you are teaching. And I don't like it when you say "as long as I'm told", please don't say that to me.
Me: Oh, alright. I'm sorry. I apologize for what I have just said.

What the hell is she talking about??!! Aku kaget, bingung, dan merasa serba salah.

Peristiwa yang cukup singkat tapi tajam ini membuatku berpikir kembali, lagi dan lagi. Aku sama sekali tidak bisa mengerti apa yang dipikirkan oleh si Ms. X ini. Responnya sama sekali jauh di luar bayanganku. Bahkan sepertinya keluar konteks pembicaraan. Disinilah aku menemukan adanya jurang pemisah antara aku dan Ms. X. Kok bisa? Ya aku juga tidak tahu. Berasa aja gitu.

*Mungkin kutipan di atas tidak 100% seperti apa yang terucap, tapi kurang lebih begitulah isinya.

-----

Ketika anak-anak sudah berdatangan dan menuju kelas masing-masing, maka dimulailah sesi belajar. Pertama aku mengajar di kelas intermediate anak-anak kelas 6. Kelas berikutnya adalah pre-basic anak-anak kelas 1. Sebisa mungkin aku mengemas materi pelajaran sedemikian rupa, lebih tepatnya santai dan menyenangkan, seperti yang selalu Ms. X bilang. Di kelas intermediate aku membuat dua pos: pos 1 "I like..." dan pos 2 "I don't like...". Di papan tulis, aku tuliskan beberapa nama buah-buahan dan menanyakan satu-per-satu "Do you like....?", maka si anak harus lari ke pos jawabannya masing-masing. Di kelas kedua, anak-anak mempraktikkan perkenalan "What is your name?" dan "My name is....". Untuk mendapatkan giliran, aku memberikan arahan kepada anak-anak untuk berbaris dalam satu barisan dengan dua orang di bagian depan saling berpegangan tangan dan diangkat keatas untuk dilewati barisan itu (permainan ini biasa dikenal dengan nama Ular Naga; kata anak-anak). Sambil bernyanyi Eeny Meeny Miny Moe, barisan melewati kedua anak yang berpegangan tangan dan ketika nyanyian berhenti maka satu anak dari barisan tertangkap. Di saat itulah si kedua anak menanyakan "What is your name?" dan yang tertangkap menjawab "My name is ...".

Selama di dalam kelas, aku mendapati Ms. X beberapa kali memasuki kelasku dan menyaksikan bagaimana proses belajarnya. Terutama di kelas kedua, Ms. X bahkan sempat berinteraksi juga dengan anak-anak di kelasku itu.

-----

Ms. X: Fitri, can I talk to you for a minute before you leave?
Me: Yes, sure.

Disinilah inti dari tulisan ini, yaitu sederetan nasihat yang diberikan oleh Ms. X. Aku akan coba untuk mengelompokkannya dan mengurutkannya.
  • Saya kaget pertama kali melihat kamu memasukkan tangan di saku blazer kamu. Mungkin kamu tidak bermaksud, tetapi itu menunjukkan bahwa kamu ingin memberi tahu semua orang bahwa kamu lebih daripada yang lain. It shows that you are arrogant. Hey people, I am better than you so stay away from.Body language yang seperti ini menciptakan jarak. Selain itu juga ketika kamu tadi berbicara dengan saya didepan pintu dengan posisi berdiri seperti ini dan kaki seperti ini (Ms. X mempraktikkannya dengan berdiri sedikit bersandar ke tembok dan menekuk santai salah satu kaki, entah yang kanan atau kiri, aku lupa; dan ya memang aku begitu), itu pun menunjukkan bahwa kamu itu lebih hebat dari yang lain. First impression itu kan penting yah. Dan itulah kesan pertama saya ketika bertemu kamu. Mungkin kamu tidak bermaksud tapi begitulah orang lain menilai.
  • I'm teaching ethical business, jadi saya tahu bagaimana cara bersikap dan berperilaku dengan etika yang baik, bagaimana menarik simpati dan perhatian orang lain kepada kita. Karena sebelum membuat orang lain tertarik kepada produk kita, kita harus membuat orang tertarik dulu dengan diri kita dengan nyaman berbicara sehingga orang itu pun penasaran dan ingin tahu tentang produk yang ditawarkan.
  • Saya tahu kamu dari A (nama temanku), jadi saya mebayangkan kamu itu punya sikap dan perilaku seperti dia yang begitu lembut dan baiknya. Kan kita kalau mau menilai seseorang bias dengan melihat temannya, lingkungannya. Makanya saya terkejut ketika bertemu kamu pertama kalinya dengan perilaku yang jauh berbeda dengan yang saya bayangkan.
During her speech, what I said was sorry and thank you. That's all. But of course I showed also appreciation for how much attention she has paid to me during that day.

Anyway, selain hal diatas itu, Ms. X juga panjang lebar menceritakan siapakah dirinya,  perjalanan karirnya, dan juga perjuangannya melaksanakan program ini. Dan, Ms. X juga mengungkapkan bagaimana orang-orang di sekitarnya (her workplace) menunjukkan respect and honour to her behaviour and attitude. Well, I'm not a kind of person who'd value myself as much how people value me. Oya, selama percakapan ini juga Ms. X berulang kali meminta maaf jika apa yang dia katakana kurang berkenan di hatiku.

And, setelah mencermati kembali setiap nasehat yang diberikan, aku jadi terpikir.
  • Kesan pertama bisa jadi penting, tapi kesan pertama bukanlah segalanya. Apalagi kalau kesan pertama ini disimpulkan dari bagaimana Bahasa tubuh seseorang. Bukankah ada banyak faktor yang mempengaruhi seseorang dalam berbuat sesuatu, entah itu secara internal ataupun eksternal. Jangankan pengamatan sehari, hidup bersama teman berminggu-minggu, berbulan-bulan dan bahkan bertahun-tahun pun masih bisa jadi salah dalam memahami sikap seseorang. Lagipula aku meyakini bahwa kita tidak bisa membuat semua orang senang dan bahagia dengan keberadaan dan apa adanya kita, dan aku pun tidak mau memaksakannya. Yang bisa aku lakukan adalah memahami bagaimana diriku dan bagaimana orang lain itu, sehingga dengan segala perbedaan dan persamaan, kami bisa saling mengerti dan memahami untuk mencapai tujuan bersama. Dan menurutku, dengan Ms. X bersikap seperti ini menunjukkan bahwa dia ingin semua orang mempunyai tata karma atau tindak tanduk yang sama seperti apa yang dia yakini. Padahal, beda tempat, beda waktu, beda orang, tindak tanduk itu bisa diartikan dan diterima dengan berbeda-beda.
  • Setiap orang mempunyai gaya dan selera masing-masing dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Sebagai seorang guru, akupun punya gaya dan seleraku tersendiri yang bisa jadi berbeda dengan guru lain. Yang jelas, guru tidaklah dan bukanlah pegawai sales marketing yang berusaha mendekati customer supaya tertarik dengan produk yang ditawarkan. Secara pribadi aku menilai bahwa mereka itu bersikap so sweet ya karena memang seperti itu mereka seharusnya sambil menerapkan strategi-strategi pemasarannya dalam menarik minat pembeli. Lagipula, ini kan menarik simpati dan ketertarikan sesaat. Lain lagi sebagai seorang guru, butuh waktu yang lama sekali untuk bias menjalin hubungan dengan para murid. Nah sebagai manusia biasa, memang kenapa aku harus bersikap dan berperilaku supaya semua orang yang aku temui tertarik? Terus, kalau mereka tidak tertarik, kenapa? Haruskah aku ajak mereka berbicara empat mata supaya mereka tertarik? Hidupku sudah terlalu sibuk dan aku tidak mau lebih menyibukkan diri dengan salah satu tujuan hidup "disukai semua orang". If you like it, lets' rock and if you don't like it, just leave it. Simple.
  • Ms. X membandingkan aku dengan temanku. Aku sempat meng-iya-kan pernyataan nya bahwa kita bisa menilai  seseorang dari siapakah teman-temannya atapun dimanakah lingkungannya. Dan dalam hal ini, lingkunganku bersama temanku itu hanyalah satu diantara banyak lingkungan lainnya dimana aku berada, tumbuh, belajar dan berkembang. Duh, bukannya masih ada banyak faktor lainnya juga yah yang mempengaruhi kepribadian seseorang? (lagi-lagi secara internal maupun eksternal).
-----
Apalah artinya sebuah pengalaman tanpa adanya refleksi diri untuk perbaikan di masa mendatang. Beberapa hal yang aku pelajari adalah:
  • Sebaik dan semulia apapun motivasinya, jangan pernah serta merta memberikan komentar mengenai bagaimana seseorang bersikap atau berperilaku, apalagi pada pertemuan pertama. Bisa jadi, bahkan kemungkinan besar penilaian itu kurang tepat sehingga bisa menyinggung perasaan si penerima.
  • Ketika ada seseorang atau kelompok yang tidak sejalan atau ada ketidaksesuaian dan masih ada kesempatan untuk memilih (apakah bertahan atau pergi), pergilah, karena masih ada banyak orang dan tepat di luar sana yang menerima dengan senyum lebar dan pelukan hangat.
*Setiap manusia tidaklah terlepas dari kesalahan, begitupun aku.




ATLAS.ti keren! (Day 129)

Aku ke kampus agak siangan buat ikutan sesi training cara pakai ATLAS.ti buat analisa data, terutama analisa qualitative. Keren banget sih t...