Wednesday, August 24, 2022

Tulisan Dulu "Curahan Hati"

 Lagi-lagi, ada uneg-uneg yang sempat aku luapkan kedalam tulisan beberapa waktu lalu. Dalam rangkat pembersihan laptop, aku simpan saja disini untuk bahan bacaan di masa depan ketika aku punya waktu senggang untuk mengingat kembali hal-hal yang sudah terlewati dalam perjalanan hidup ini. 

Date modified 15/10/2021 08:56 pm

Hidup ini memang gak adil.

Aku udah mulai tenang. Tadi aku udah nangis kenceng di telfon Wecare. Ada Way yang jawab telfonnya. Setidaknya ada orang yang dengerin aku nangis ngeluapin apa yang aku rasain dan pikirin.

Aku sedih. Sebenernya udah sejak siang tadi. Tapi, aku semakin sedih Ketika da pengumuman di grup ada tiga temen yang dapet posisi SME (Subject Matter Expert) di kantor. Tiba-tiba hatiku sakit. Sakit banget. Tapi, pada saat yang sama pun aku bingung. Sebenernya apa sih yang aku rasain? Marah? Iri? Sedih? Sakit? Kecewa? Aku gak ngerti sama perasaanku.

Aku coba luapin apa yang aku rasain lewat tangisan dan aku sampein aja apa yang muncul di kepalaku ke Way. Dari situ aku tahu kalau aku merasa sedih, sakit, kecewa, karena ketidakadilan yang terjadi. Aku daftar SME udah beberapa kali. Sempat akupun ikut wawancara, dua kali. Yang pertama udah hamper dapet, tapi karena ada orang lain yang lebih kuat, jadi aku gagal. Yang wawancara kedua aku memang kurang persiapan sama sekali dan akupun merasa kurang maksimal. Selanjutnya aku coba lagi dan lagi dan aku gak pernah sampe tahap interview. Aku gagal di tahap assessment. Sampai suatu hari ada salah satu temen yang nyaranin aku buat nyontek aja, karena toh gak ada yang tahu atau yang lihat. Dan, katanya toh semuanya pada nyontek.

Aku iya iyain aja apa yang dia bilang, tapi aku masih tetep kekeh sama pendirianku buat gak nyontek. Sampai suatu ketika, bukan satu temen itu aja yang nyaranin aku buat nyontek, 2, 3, bahkan 4 temen lainnya nyaranin aku buat nyontek lihat dokumen untuk ngerjain assessment. Bahkan mereka bersedia buat bantu ditanya-tanyain pas assessment. Lagi-lagi aku cuma iya iyain aja dan ngerjain assessment sesuai kemampuan aku. Aku gagal lagi.

Dan sekarang, 3 temenku itu dapet posisi SME, aku merasa gak adil. Aku jadi bertanya tanya, masa iya aku juga harus ikutan permainan ini, buat nyontek, hanya buat bisa dapet posisi ini. Kalaupun toh iya, aku gak adil sama temen-temen yang lainnya.

Sewaktu aku share ke Way, dia bilang kalau aku udah ngelakuin hal yang bener. Tapi, ini buat aku bertanya-tanya, apa sih artinya melakukan sesuatu yang bener? Kalaupun toh aku berpikir kalau aku udah ngelakuin hal yang bener, mereka pun toh pasti berpikir kalau mereka melakukan sesuatu yang bener. Jadi, apa sih arti hal yang bener, berdasarkan apa, menurut siapa. Ribet kan ternyata.

Dan, si Way pun tanya, kalaupun toh aku nyontek dan aku bisa dapet posisi ini, apakah aku bakal seneng. Ditanya begitu, aku jawab ya pasti aku bakal ngerasa bersalah karena aku gak jujur dan bisa jadi aku udah ambil hak orang lain yang lebih pantas buat dapet posisi ini.

Aku gak tau gimana aku harus respon situasi ini. Tapi tadi aku coba ucapin selamat ke temen-temenku itu di grup. Sepertinya lebih baik besok aku ambil SL (Sick Leave) buat menenangkan diri dulu.

Jadi, memang hidup ini gak adil? Yang adil itu kan cuma Allah aja, dan aku percaya itu.


Sunday, August 21, 2022

Tulisan Dulu "Pribadi Reflektif"

 Lagi-lagi, tulisan yang pernah aku buat untuk dikirimkan ke projek menulis teman-teman alumni Sampoerna School of Education (SSE) beberapa tahun lalu. Sayangnya, tidak lolos untuk dibukukan bersama tulisan teman-teman lainnya. Entah karena waktu itu aku terlambat menyelsaikan, atau karena tidak memenuhi kriteria standar. Tak apa. Sekarang, menarik juga untuk aku baca. 

Date modified 10/11/2019 09:15 PM

Sudah setengah tahun aku bekerja sebagai Content Analyst di sebuah perusahaan multi nasional di Kuala Lumpur, Malaysia. Tugas utamaku adalah menganalisa penggunaan sosial media oleh masyarakat, khususnya di Indonesia, dengan berbagai kepentingan yang mereka miliki. Selama melakukan pekerjaan ini, aku harus melihat dan mengkaji banyak hal, dari yang sangat aku sukai sampai yang aku tidak suka dan bahkan terkadang sangat menggangguku. Beberapa hal yang menggangguku adalah seperti kekerasan pada anak dan/atau binatang, dan intimidasi dan pelecehan terhadap seseorang. Aku masih ingat sekali ketika ada seorang ibu tua yang dipermalukan oleh sekelompok orang hanya karena ibu tua tersebut ketahuan mencoba mencuri sekarung beras dari sebuah toko. Aku sama sekali tidak sanggup melihatnya sampai sampai aku pun menangis dan butuh waktu sejenak untuk menenangkan diri. Sampai saat ini, aku melihat berbagai macam kejahatan satu demi satu yang nyata terjadi di luar sana, bukan hanya di film buatan. Ternyata, banyak orang di luar sana yang sangatlah kejam dan tidak punya hati.

Berangkat dari peristiwa di atas, aku menemui seorang psikolog yang memang sudah di sediakan pihak perusahaan jika sewaktu-waltu ada karyawan yang membutuhkan. Aku pun mulai menceritakan hal di atas dan beberapa peristiwa lainnya yang aku temui dan sangatlah menggangguku. Tidak bisa tertahankan lagi, aku pun bercerita dengan penuh tangisan melampiaskan perasaanku. Setelah bercerita, psikolog mulai mengajakku berdiskusi dan aku belajar sesuatu dari sini. Dia menjelaskan bahwa pada dasarnya segala apapun yang aku lihat adalah peristiwa yang sudah terjadi, dan aku tidak punya daya ataupun upaya sama sekali untuk mencegahnya ketika aku melihat. Kepedulianku yang sangat tinggi dan keinginanku untuk mencegahnya ternyata bergesekan dengan ketidakberdayaanku saat aku melihatnya sehingga membuatku merasa sangat sedih. Psikolog pun memberikan saran supaya aku lebih terbuka dengan hal-hal yang tidak aku inginkan terjadi tetapi sudah terjadi.

Setelah obrolan dengan psikolog di atas, aku masih terus merenungkan apa yang kami bicarakan, terutama mengenai kenapa aku selalu melibatkan diriku jauh kedalam berbagai situasi yang aku lihat. Tidak lama kemudian aku ingat serangkaian ‘refleksi’ yang seringkali menjadi bagian dari proses belajar dan tidak jarang menjadi tugas selama aku di Sampoerna. Aku masih ingat jelas pertanyaan yang biasanya dijadikan panduan seperti apa yang kamu ketahui sebelumnya?; apa yang tidak kamu ketahui sebelumnya?; apa yang kamu ketahui sekarang?; dan, apa langkah kamu selanjutnya? Ternyata, bahkan tanpa aku sadari, serangkaian proses refleksi ini telah membentukku menjadi pribadi reflektif saat ini dengan rasa empati dan simpati sangat tinggi terhadap hal-hal yang terjadi di sekitar sehingga kepedulian ini menjadi pendorong untuk melakukan perubahan di masa yang akan datang.

Seperti obrolan dengan psikolog sebelumnya, segala hal yang tidak aku inginkan terjadi di luar sana sudahlah terjadi dan saat ini aku sudah tidak dapat melakukan apapun untuk hal itu, tetapi aku masih punya masa depan yang bisa aku rubah. Aku mungkin tidak bisa melakukan apapun dengan kejahatan-kejahatan yang aku lihat selama aku mengkaji penggunaan sosial media di segala penjuru Indonesia, tetapi bukan berarti aku tidak bisa melakukan apa-apa. Aku pun mulai bertanya kepada diriku sendiri tentang apa yang bisa aku lakukan dan aku jangkau dengan kesempatan yang ada di sekitarku dan kesempatan yang aku miliki. Dari berbagai isu yang ada di sekitar adalah terkait para Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Malaysia. Aku menemukan berbagai macam permasalahan yang terjadi termasuk kekerasan oleh majikan dan gaji yang lebih rendah dibandingkan pekerja asal negara lain yang disebabkan keterbatasan kemampuan Bahasa Inggris mereka. Oleh karena itu, aku pun memutuskan untuk menjadi bagian dari Edukasi untuk Bangsa sebagai salah satu tenaga pengajar Bahasa Inggris di sana, dan membantu pengembangan program Bahasa Inggris di Indonesia Domestic Worker Federation untuk para Pekerja Rumah Tangga (PRT).

Aku yakin pribadi reflektif ini tidak hanya terbentuk dalam diriku sendiri, tetapi juga pada semua teman-temanku di berbagai profesi yang mereka tekuni saat ini dimanapun mereka berada.  

Saturday, August 20, 2022

Tulisan Dulu "Scrabble oh scrabble..."

 Aku bukanlah seorang penulis berbakat, apalagi dalam menuliskan sebuah cerita. Hasil tulisanku selalu jauh dari kata bagus untuk menjadi bahan bacaan orang lain. Akan tetapi, bukan berarti aku berhenti menulis. Setidaknya kalaupun tidak dibaca orang lain, aku bisa membaca tulisanku sendiri suatu hari nanti. Dan, hal ini pun terjadi. 

Baru saja ketika aku coba menyusun dan merapikan dokumen yang ada di laptop, aku  menemukan cerita pendek (cerpen) yang aku tulis sewaktu duduk di bangku SMA. Sepertinya waktu itu aku kirimkan tulisan ini untuk perlombaan, tapi entah hasilnya apa. Aku lupa. Kemungkinan besar tidak juara karena sama sekali tidak ada kenangannya. 

Mungkin waktu itu pengalaman mengikuti lomba scrabble bersama teman-teman sangatlah mengesankan sampai aku tuliskan. Lucu membaca kembali tulisan waktu itu. Ada beberapa detil yang sudah terlupa sekarang, tapi tertulis rinci di tulisan ini. Terpampang jelas kosa kata dan gaya bahasaku waktu itu. Aku sambil tertawa kecil membacanya. 

Salam sayang untuk semua teman-teman Asrama Putri MAN 1 Bandar Lampung, terutama yang tercantum dalam secuil cerita ini. Semoga kita semua senantiasa sehat, sukses, dan bahagia selalu. Amin. 

Saturday, February 26, 2022

Tips bagi interpreter pemula

Menindaklanjuti tulisan sebelumnya tentang beberapa tantangan yang mungkin dihadapi seorang interpreter, terutama para pemula, berikut ini adalah beberapa tips yang bisa dicoba. 

Mintalah materi presentasi sebelum acara

Mengetahui materi apa saja yang akan disampaikan selama acara akan sangat membantu dan memudahkan interpreter. Biasanya para pembicara sudah menyediakan PPt Slides yang diberikan ke panitia penyelenggara. Sama sekali tidak ada salahnya untuk meminta salinan materi tersebut untuk dipelajari sehingga beberapa istilah atau terminologi penting yang dipakai bisa dipelajari terlebih dahulu dan ditemukan padanan katanya yang paling tepat. Selain itu, salinan materi ini juga sangat membantu untuk mengetahui garis besar atau inti dari materi yang disampaikan sehingga pesannya tidak berkurang atau bahkan hilang selama melakukan penerjemahan dengan beberapa kendala yang mungkin terjadi seperti suara yang tidak jelas ataupun terputus-putus. Informasi mengenai susunan acara pun sama pentingnya untuk dipersiapkan supaya kesalahan dalam penyebutan nama pembicara atau lembaga asal dapat dihindari. 

Pastikan tenang dan nyaman supaya tetap fokus

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, ada kemungkinan menerjemahkan Bahasa Inggris ke Bahasa Indonesia jauh lebih sulit dibandingkan sebaliknya. Oleh karena itu, bersiap-siaplah untuk menenangkan diri dengan menarik napas dalam-dalam dan dihembuskan secara perlahan setidaknya satu atau dua kali sebelum sesi dimulai. Minum air putih pun bisa membantu untuk menenangkan diri. Temukan posisi ternyaman selama melakukan penerjemahan supaya tetap fokus. Setiap orang pasti punya cara dan posisi ternyaman yang berbeda-beda dan pastinya tidak ada yang paling benar ataupun salah. Biasanya aku berjalan mengelilingi ruangan sambil menerjemahkan supaya tetap fokus. Justru duduk diam di kursi sambil melihat layar laptop bisa memecahkan konsentrasiku. Tapi, semakin lama dan semakin sering menerjemahkan, aku semakin bisa mengatur tingkat konsentrasiku dengan posisi duduk tenang di kursi.

Ingatkan pembicara untuk berbicara dengan jelas dan tidak terlalu cepat

Setiap pembicara punya gaya dan kecepatan berbicara yang berbeda-beda. Ada yang lambat, ada yang santai dan pastinya ada juga yang cepat. Sayangnya, seringkali keterbatasan waktu yang diberikan selama sesi memaksa para pembicara untuk menyampaikan materinya secara singkat. Alhasil, mereka berbicara terlalu cepat. Kalau hal ini terjadi, mau tidak mau seorang interpreter harus berusaha semaksimal mungkin untuk menangkap sebanyak-banyaknya informasi yang disampaikan. Meski demikian, tetap tidak ada salahnya untuk mengingatkan si pembicara, melalui pembawa acara sebelum acara dimulai, untuk tidak berbicara terlalu cepat supaya penerjemahan bisa lebih maksimal. Seringkali para pembicara secara tidak sadar berbicara dengan kecepatan tertentu. 

Siap sedia dengan kamus

Tidak bisa dipungkiri ada kalanya otak tiba-tiba nge-blank untuk menerjemahkan kata atau ungkapan tertentu. Alternatif pertama yang bisa dilakukan adalah dengan menggunakan kata yang bermakna mirip atau hampir sama. Akan tetapi ada beberapa istilah atau terminologi yang memang sudah mempunyai padanan kata paling tepat dan tidak bisa digantikan dengan kata lain. Situasi ini bisa diantisipasi dengan mencarinya di kamus. Kamus online jauh lebih efektif dibandingkan kamus fisik karena tinggal ketik saja kata yang dicari dan langsung bisa ketemu. Salah satu contoh kamus online yang bisa digunakan adalah Google translate. Dengan selalu siap sedia kamus ini, seorang interpreter tidak perlu panik selama bertugas. 

Pastikan ruangan aman dan nyaman

Pentingnya konsentrasi penuh selama melakukan penerjemahan bisa didukung dengan menciptakan ruangan yang aman dan nyaman. Aman disini maksudnya terbebas dari segala gangguan terutama suara berisik. Jika tinggal bersama anggota keluarga atau teman dalam satu rumah, maka mereka harus diberitahu sebelum melakukan penerjemahan supaya mereka tidak mengganggu  dengan berbicara keras atau mungkin mengajak berbicara. Matikan handphone atau nada dering supaya notifikasi yang masuk tidak mengganggu. Suara kendaraan lewat yang terdengar dari luar juga bisa mengganggu, jadi lebih baik tutup pintu dan jendela rapat-rapat. Selain itu, pastikan duduk dengan nyaman dan dengan suhu ruangan yang pas, tidak terlalu dingin ataupun terlalu panas. Siapkan air minum secukupnya dan jangan lupa untuk makan sebelum acara dimulai. Rasa lapar bisa membuat badan lemas dan memecahkan konsentrasi. 

Manfaatkan jeda untuk istirahat sejenak

Ada kalanya terjemahan diperlukan sepanjang acara dari pagi sampai sore dan membutuhkan setidaknya 2 interpreter untuk bergantian. Ada beberapa pilihan cara pembagiannya, mungkin per jam, per 15 menit atau per pembicara. Apapun caranya, perlu disepakati oleh kedua belah pihak. Keuntungan dari pembagian ini adalah, seorang interpreter bisa istirahat ketika interpreter lainnya bertugas. Jadi, tidak terlalu capek. Dan, jika sewaktu-waktu salah satu interpreter perlu ke toilet, dia bisa minta tolong interpreter kedua untuk menggantikan sementara. Ceritanya akan berbeda lagi kalau hanya ada satu innterpreter saja selama acara. Harus bisa mencuri-curi waktu jeda antara sesi satu ke sesi berikutnya untuk beristirahat termasuk mengambil nafas, meregangkan otot, minum, atau bahkan ke kamar kecil 

Semua orang butuh waktu untuk belajar dan berlatih mengasah kemampuan, termasuk untuk menjadi seorang interpreter atau penerjemah. Semakin banyak pengalaman, semakin banyak hal yang bisa dipelajari dan pastinya akan semakin tahu dan paham dengan kelebihan dan kekurangannya. Terus semangat belajar dan berlatih!


Friday, February 4, 2022

Tantangan menjadi interpreter pemula

Hingga saat ini, aku sudah mengajar Bahasa Inggris lebih dari 10 tahun. Aku sudah mulai mengajar les privat Bahasa Inggris sejak aku masih kuliyah S1 jurusan Pendidikan Bahasa Inggris di tahun 2010. Waktu itu, aku memutuskan untuk mencoba mengajar karena selain untuk tambahan uang jajan, aku bisa mulai melatih kemampuan mengajarku. Aku masih ingat beberapa murid les privat yang aku ajar pertama kali di Jakarta. Meskipun waktu itu bayaran les nya tidak besar, tapi pengalamannya sangatlah berharga. Dari Bahasa Inggrisku yang masih belepotan, sedikit demi sedikit aku pun belajar sambil mengajar. Satu hal yang terus aku upayakan adalah untuk mengajar dengan menggunakan Bahasa Inggris sebagai alat untuk berkomunikasinya. 

Setelah berulang kali mengajar Bahasa Inggris menggunakan Bahasa Inggris juga, suatu hari aku diminta salah satu murid di Jakarta untuk mengajar Bahasa Indonesia. Dia berasal dari Jepang. Dan, ternyata tidak berhenti di situ saja, aku beberapa kali mengajarkan Bahasa Indonesia dengan menggunakan Bahasa Inggris ke beberapa ekspatriat yang tinggal di Malaysia untuk keperluan bisnis mereka. Pastinya hal ini jadi pengalaman lain yang sangat menarik karena tidak pernah terpikirkan sebelumnya untuk bisa mengajarkan bahasaku sendiri ke orang lain dengan menggunakan Bahasa Inggris. Beberapa murid berasal dari Italia, Inggris, Jerman, dan bahkan Malaysia. 

Nah, selain beragam pengalaman mengajar ini, akupun terlibat di beberapa proyek terjemahan. Aku masih ingat sekali dulu semasa aku kuliyah, aku sempat diminta seorang kawan untuk membantu dia menerjemahkan sebuah buku yang kemudian aku minta bantuan ke beberapa teman untuk membantu. Jadi, kami bagi-bagi. Itu adalah kali pertama aku melakukan terjemahan. Selain itu, beberapa terjemahan pun mulai muncul ketika aku belajar S2 karena ada beberapa dosen di bidang non-Bahasa Inggris yang ingin mempublikasikan artikel penelitian mereka ke penerbit internasional yang pastinya harus dalam Bahasa Inggris. Selain proyek terjemahan, akupun sering dimintai pendapat oleh beberapa teman untuk proofread atau memerisa kembali tulisan mereka dalam Bahsa Inggris. 

Meskipun aku sudah punya banyak sekali pengalaman berkecimpung dalam mengajar dan menerjemahkan Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia, bukan berarti tidak ada tantangan atau kesulitan ketika aku mulai menekuni bidang interpreter. Aku pun baru menyadarinya ketika aku diminta bantuan jadi interpreter untuk pertama kalinya di salah satu acara melalui Zoom. Untungnya, waktu itu ada satu interpreter lainnya dan kami berdua bertugas menerjemahkan Bahasa Inggris dari dan ke Bahasa Indonesia selama acara. Dan, untungnya lagi, porsiku tidak terlalu banyak waktu itu, jadi aku tidak terlalu kaget. Seiring berjalannya waktu, ternyata itu bukanlah yang pertama dan yang terakhir. Aku diminta lagi untuk membantu acara-acara online dan offline berikutnya, dan bahkan aku disambungkan ke beberapa organisasi internasional lain untuk jadi interpreter juga. Dari sinilah aku bertekad untuk terus melatih kemampuanku. 

Dari beberapa pengalamanku sebagai interpreter pemula, berikut ini adalah beberapa tantangan yang perlu kalian waspadai jika ingin mulai mencoba.

Tidak atau belum terbiasa dengan topik pembahasan 

Sebagai manusia biasa, tidak dipungkiri bahwa setiap orang mempunyai keterbatasan dalam banyak hal, terutama dalam pengetahuan dan informasi. Mungkin kamu punya pengetahuan dan pemahanan yang sangat dalam dan luas di satu ranah, tapi belum tentu di semua ranah. Hal ini bisa saja terjadi pada kamu ketika menjadi seorang interpreter. Kamu mungkin akan diminta untuk memberikan penerjemahan dalam topik pembahasan yang kamu tidak terlalu tahu atau bahkan mungkin tidak tahu sama sekali. Meskipun idealnya seorang interpreter itu menguasai bidang yang diterjemahkan, bukan berarti kamu tidak boleh melakukannya.

Bahasa Inggris ke Bahasa Indonesia jauh lebih sulit dibandingkan sebaliknya

Kita sudah pakai Bahasa Indonesia sejak kecil, bahkan mungkin sejak bayi. Dan, pastinya kita sudah berjumpa dengan banyak orang yang berbicara dalam Bahasa Indonesia dengan berbagai macam accent atau gaya bicara. Ada yang cepat ada yang lambat. Ada yang jelas dan ada yang bergumam. Jadi, telinga kita sudah terbiasa menerima keragaman itu dengan mudah untuk kemudian diterjemahkan ke Bahasa Inggris. Sayangnya, hal ini tidak berlaku sebaliknya. Menyimak pembicara berbahasa Inggris ternyata lebih sulit. Pertama, kamu harus mendengarkan dengan baik-baik apa yang diucapkan dari segi kosa kata dan susunan bahasanya karena akan mempengaruhi makna. Hal ini menjadi semakin lebih menantang ketika si pembicara mempunyai accent yang sangat kuat dan berbicara sangat cepat.

Pembicara berbicara cepat

Setiap orang mempunyai kecenderungan yang berbeda-beda dalam kecepatan berbicara. Ada yang berbicara dengan santai dengan pengucapan yang jelas. Ada juga yang terkesan terburu-buru sampai-sampai sulit untuk menangkap dan mencerna sejenak apa yang sedang diucapkan. Terlepas dari bagaimanapun situasinya, seorang interpreter, kamu harus terus menyampaikan sebaik mungkin dari apa yang sedang dibicarakan. Kalaupun tidak semua kata atau semua kalimat satu persatu, perlu disampaikan gagasan secara garis besarnya.  Salah satu faktor berbicara cepat dikarenakan keterbatasan waktu yang diberikan. 

Terlupa kata-kata tertentu secara tiba-tiba

Sebagai manusia biasa, kita tidak terlepas dari salah dan lupa. Ada kalany kamu akan terlupa satu atau dua kata, satu atau dua ungkapan dari satu bahasa ke bahasa lain yang terselip dari ingatan. Mau tidak mau, di situasi ini kamu perlu terus melanjutkan penerjemahan dan mengabaikan sejenak kelupaan itu dengan coba untuk menggantinya dengan kata atau ungkapan lain yang setidaknya mirip atau berdekatan maknanya. Biasanya, nanti kamu baru akan ingat ketika acara sudah selesai. Lucu sekali, ya. Dan, pastinya menyebalkan juga. 

Sulit untuk berkonsentrasi

Selama melakukan penerjemahan, konsentrasi tinggi dan sepenuhnya sangatlah diperlukan. Konsentrasi bisa terganggu ketika tempat atau ruangan berisik dan ada suara-suara tak terduga yang muncul. Ketika hal ini terjadi, proses untuk menerjemahkan pun bisa tersendat dan akan terus menerus sambung menyambung selama acara. Selain itu, posisi duduk dan suhu ruangan, terlalu dingin atau terlalu panas, yang tidak nyaman pun bisa mengganggu tingkat konsentrasi. 

Durasi yang cukup lama

Dalam melakukan interpretasi secara terus menerus, sebenarnya durasi maksimal adalah 1 jam. Oleh sebab itu, seringkali di beberapa acara, panitia pengelenggara mempunyai beberapa interpreter supaya mereka  tidak terlalu lelah dan bisa bergantian. Ketika sebagai interpreter, kamu sudah mulai merasa lelah, maka daya konsentrasimu akan menurun dan kualitas interpretasi pun pastinya akan ikut menurun. Mungkin 1,5 jam  masih bisa, tetapi untuk 2-3 jam tanpa jeda, kamu akan sangat kelelahan. 

Terlepas dari beberapa tantangan di atas, semua hal pasti ada permulaan dan tahap belajarnya, begitu juga bagi kita para interperter pemula. Untuk mengatasi tantangan-tantangan ini, aku akan tuliskan beberapa tips untuk kalian di tulisan berikutnya, ya. 

Di bawah ini beberapa foto kegiatan ketika aku menjadi interpreter dari Bahasa Inggris ke Bahasa Indonesia dan sebaliknya. 








ATLAS.ti keren! (Day 129)

Aku ke kampus agak siangan buat ikutan sesi training cara pakai ATLAS.ti buat analisa data, terutama analisa qualitative. Keren banget sih t...