Monday, September 9, 2019

How 'Sense and Sensibility' is

I got the book of Sense and Sensibility together with Peter Pan book. It interested me with the words written on the back cover "find your own happiness" and an illustration of two women on the front cover. I thought maybe there was something to do with this story about ways to be happy in life for women. I am a woman and I want to be happy, why not reading it? I read it as soon as I had finished reading Peter Pan. Just like what I did to Peter Pan, I watched its movie after reading. I did not notice well in which year the book was actually written. Or, I might have noticed it but then I forgot. Surprisingly, once I found its movie on the internet, it was released in 1995. What an old movie! It made me think "Am I too late to get to know this?"

Sense and Sensibility is a classic story with classic English for sure. For me, it was not that easy to follow the flow of the story, but I kept going through it. At first, I always tried to look up every single word that I did not know in the dictionary, but then I got tired of it and decided to just guess the meaning of the words that I did not know by drawing its context from the surrounding words. It is just like what an English teacher always tells the students to do in practicing English through reading, isn't it? However, sometimes I felt somehow incomplete to not knowing the whole meaning of words in the story. To make me feel less incomplete and better, I read it twice or trice to ensure myself that I did get the ideas wholly. Eventually, I finished reading it and surely could not wait for watching its movie.

The movie was incredible! All the things in the movie looked exactly the same as what I had in my imagination and visualization during reading. At some points, it depicted even so much better.
The characters with their looks and actions.
The plot with its descriptions and problematic situations.
The setting with its buildings and surrounding environment.
For these, I salute its producer!

The movie has successfully made me understand better to see the distinctions of what happen with the characters.
Edward, whom Elinor loves, chooses his commitment and affection with losing his inheritance from his mother to get married with Lucy even though in the end he is cheated and gets back to Elinor.
Willoughby, whom Marianne loves, picks a woman with a huge wealth to be his wife over his love to Marianne.
Talking about happiness, which one is happier here? Is it to live on behalf of love or of wealth? In this case, I think it is not something to be compared between one to another since they both are clearly in different circumstances. Whatever it is, everyone, including you and me, has his/her own way in pursuing happiness. 

Here is an excerpt from Sonnet (116) by Willian Shakespeare that I can take note:

“Love is not love which alters it when alteration finds, or bends with the remover to remove: O no! It is an ever fixed mark that looks on tempests and is never shaken."

What is missing from Peter Pan

I have heard many kids, especially most of my students, talking about the story or movie of Peter Pan. I might have ever watched it before when I was a kid too, but I did not really remember or know the whole story of it. Talking about my students, most of them regarded  Peter Pan as one of their favorites, and it got into some kind of curiosity somehow until one day I visited Gramedia, a big bookstore in Jakarta. Just like what I always do during for visit at a bookstore, I went here and there getting through all the book shelves. I saw a shelve full of classic English story books and stopped. Peter Pan caught me there, and then I started thinking. I knew I could just see the movie, but I thought it would not be a bad idea to get to know the story from the book first. Finally, I decided to purchase a copy of it, took it home, and started reading it.

It took me some time to finish reading the book since I only read it at anytime I had a chance. Eventually, I finished it about two months ago and searched for its movie on the internet to watch right away. At first, I watched the cartoon version launched in 1953. Then, I saw another, the movie, launched in 2003. Both had a happy ending just like most stories end and most people want to see from a story. At this point, I had noticed that something was missing in the movies. In an occasion, I shared this thought to my close friend that "Something is missing in Peter Pan movies," and he said that "It is something normal. It happens in many movies adapted from a book." He is right, I have found it, and sometimes heard it in some other movies. But still, I think Peter Pan movies have missed the main thing in the book.

Yes, it is such a happy ending when Wendy finally gets back to her family with her brothers and lost boys. Then, what about Peter Pan? Where and how is he? He is forgotten all of a sudden in the movie. In fact, according to the book, not long after Wendy's return to home, Peter came to see her again and invited her to go with him to Neverland where he lives. With her mother's permission to spend a week in every spring time in Neverland, off she goes with Peter. Peter always comes every spring time unless he forgets even for such a very long time until Wendy gets married and has a daughter, Jane. Instead of going with her, Wendy lets Peter go with Jane as the next Wendy on his  visit. As time goes by, Jane lets Peter go with her daughter, Margaret as the next next Wendy. It keeps happening this way all over again 'so long as children are gay and innocent and heartless', and most of all, believe in this story.

Personally, I find Peter Pan as a story about 'to believe' in something to happen. Once I believe that something is to happen or to exist, then there it is. As well, something is dead already as I disregard it.

Well anyway, if you had a chance to visit Neverland, would you rather stay there and be a kid forever, like Peter Pan, or leave it and grow up, like Wendy?

Sunday, August 11, 2019

Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) - Bagian 2

Setelah pertemuan pertama menggunakan satu set flashcard yang sudah aku bagikan di post yang lalu, aku melanjutkan mengajar dengan materi yang aku buat berdasarkan hasil pengamatan dan analisaku sebelumnya. Aku memutuskan untuk mengajar dengan menggunakan sebuah percakapan dalam situasi tertentu di lingkungan bisnis, diikuti dengan pengenalan beberapa kosakata baru yang digunakan dalam percakapan, dan sebuah ungkapan yang bisa digunakan dalam situasi tertentu.

Seperti biasa, sebelum merancang sebuah materi, aku menjelajahi Google. Siapa tahu ada materi serupa yang bisa aku pakai. Sayangnya, setelah mencari-cari, hanya ada sedikit materi BIPA di internet yang memang khusus dibuat untuk tujuan bisnis. Bahkan, sebagian besar materi BIPA yang diterbitkan oleh Kemendikbud bertema umum dan menuruku akan kurang sesuai jika aku gunakan untuk bahan mengajar muridku pebisnis muda yang tampan itu. Disinilah aku berusaha untuk 'mengakali' bagaimana supaya bisa mendapatkan materi yang sesuai dengan apa yang aku butuhkan; di lingkungan bisnis (karena memang inilah tujuan dasarnya), tidak terlalu panjang (karena durasi hanya 1 jam), sederhana (karena si murid pasti sudah lelah dengan segala urusan di tempat kerja), bermakna dan kontekstual (supaya lebih mudah untuk diingat dan digunakan).

Contekan dari materi Bahasa Inggris
Tidak seperti Bahasa Indonesia, materi pembelajaran Bahasa Inggris di lingkungan bisnis sangatlah banyak dan bervariasi. Setelah menjelajah di internet, aku memutuskan untuk mengambil satu sumber yang ada, https://www.talkenglish.com/video/business-conversation-video.aspx. Di website tersebut ada beberapa pilihan situasi percakapan, tetapi aku hanya memilih yang kiranya sesuai dengan kebutuhan. Kemudian, aku terjemahkan percakapan ke dalam Bahasa Indonesia dengan beberapa penyesuaian seperti pilihan kata, penggunaan ungkapan, dan tentunya nama karakter, supaya lebih terasa ke-Indonesia-annya.

Menentukan kosa kata baru
Setelah aku buat transkrip video percakapan dalam Bahasa Indonesia, aku ambil beberapa kosa kata baru dalam percakapan tersebut untuk aku ajarkan ke si murid. Aku tebalkan kata-kata tersebut dalam teks percakapan dan aku cantumkan daftar kosa kata tersebut di bawah teks percakapan disertai arti dalam Bahasa Inggris.

Menerapkan beberapa ungkapan 
Dari teks percakapan yang ada, aku kemudian menentukan ungkapan apa yang bisa aku jadikan fokus pembelajaran dalam menggunakan Bahasa Indonesia di lingkungan bisnis. Adakalanya ungkapan yang aku gunakan memang ada dalam teks percakapan, tetapi ada kalanya pun tidak ada. Meski demikian, aku berusaha untuk selalu memberikan penjelasan bagaimana ungkapan tersebut bisa ditemukan dalam berbagai situasi.

Berikut adalah beberapa materi yang sudah pernah aku gunakan. Teman-teman pun bisa coba menggunakannya.
Bertemu Rekan Kerja Baru dan Bertemu Klien Baru - Permintaan Izin
Merencanakan Rapat - Memberikan Saran
Persiapan untuk Perjalanan Bisnis - Menanyakan Pengalaman

Oya, materi diatas aku buat berdasarkan kebutuhan si murid, jadi tidak serta merta berurutan begitu. Bahkan, selama mengajar pun aku tidak berhenti mengamati, menganalisa dan mencatat hal-hal apa yang perlu aku ajarkan dipertemuan- pertemuan berikutnya.

Monday, July 22, 2019

Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) - Bagian 1

Sampai saat ini, aku sudah hampir sebulan bekerja di Kuala Lumpur, Malaysia sebagai Content Analyst. Karena profesi ini sangatlah berbeda dengan profesiku sebelumnya, jadi ada banyak hal yang perlu aku pelajari lagi untuk menyesuaikan diri. Terlepas dari semua lika-liku yang aku hadapi selama proses beradaptasi, aku mulai merasa rindu mengajar, terutama anak-anak kecil yang lucu. Karena kerinduanku itulah, aku mulai terpikir untuk coba mengajar privat di sini. 

Dulu, ketika di Jakarta, aku mulai mencari murid untuk aku ajar dengan tergabung di beberapa Facebook Groups pencari guru privat. Nah, di sini aku awali dengan Googling 'english private tutor malaysia'. Dari temuan pencarianku, aku tertarik dengan website MyPrivateTutor Malaysia dan buat akun di sana. Setelah menjadi salah satu member tutor, akupun mulai dapat tawaran mengajar, salah satunya adalah seorang murid lelaki muda dan tampan yang berasal dari Italia yang ingin belajar Bahasa Indonesia karena dia seringkali berkunjung ke Indonesia untuk urusan bisnis. 

Awal bulan Juni yang lalu, aku sudah mulai mengajar. Kami sepakat untuk belajar di cafe lantai dasar apartemen tempat dia tinggal. Menurut informasi dari si murid, sebelumnya dia sudah pernah belajar Bahasa Indonesia tetapi masih sangat dasar dan ingin mulai belajar lagi. Oleh karena itu, aku terpikir untuk memulai pertemuan pertama dengan membuat sekumpulan flashcards sederhana yang berisi beberapa kosa kata beserta gambar dengan menekankan pengucapan pada masing-masing huruf dari A sampai Z. Dengan flashcards ini, saat itu aku harap bisa menggali lebih jauh kemampuan Bahasa Indonesia si murid pada saat itu sehingga memudahkan aku untuk membuat rencana pembelajaran di pertemuan-pertemuan berikutnya. Aku tumpuk flascards jadi satu dan minta si murid untuk ambil satu persatu. Kemudian, aku minta dia untuk baca kata yang tertulis di kartu dan menebak arti kata tersebut berdasarkan gambar yang ada. Nah, setelah itu aku memberikan beberapa pertanyaan sederhana menggunakan kata yang tertera dan si murid terpaksa harus menjawab. Batas kemampuannya bisa aku ketahui dari seberapa paham dia dengan pertanyaan yang aku berikan dan bagaimana dia menjawab.

Teman-teman bisa akses flashcards yang sudah aku buat di sini. Oya, aku buat flashcards ini merujuk pada beberapa bahan ajar Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia. 





Saturday, May 4, 2019

Bekerja di Negeri Jiran, Malaysia

Di kantor tempat aku bekerja, sebuah tempat bimbingan belajar Bahasa Inggris di Jakarta, ada beberapa guru yang berasal dari negara lain seperti Australia, Inggris, Amerika, Kanada dan lain-lain. Beberapa dari mereka datang ke Indonesia untuk bekerja pertama kalinya di negara lain. Ternyata sebagian lainnya sudah pernah bekerja di beberapa negara lainnya sebelum datang ke Jakarta. Sempat aku terpikir, wah mereka datang jauh-jauh dari negara nya ke Indonesia, ke tempat aku bekerja, dengan meninggalkan segala apa yang sudah di miliki di sana. Sepertinya akan seru juga kalau aku bisa pergi ke negara lain untuk melakukan hal yang sama. Anggap saja seperti uji nyali, seberapa kuat aku akan menghadapinya. Alhasil, sekarang aku sudah dua minggu tinggal di Kuala Lumpur, Malaysia. Pastinya, ada proses yang harus aku lalui sampai pada saat ini, dari masa mencari pekerjaan, penantian, proses seleksi, dan mengurus segala dokumen untuk mendapatkan visa.

Tahap pencarian
Setelah aku mulai mempunyai keinginan untuk bekerja di negara tetangga, aku mulai mencari berbagai peluang pekerjaan yang ada di internet. Berdasarkan saran seorang teman yang sudah bekerja disana, aku memulai dengan mengirimkan resume ku ke beberapa halaman recruitment agency seperti Manpower dan ada beberapa lagi lainnya, aku lupa. Waktu itu aku coba ketik di Google 'recruitment agency Malaysia'. Selain itu, aku juga membuat akun di beberapa website untuk para job seekers seperti Jobstreet dan banyak lainnya. Oya, di beberapa website recruitment agency, aku coba mencari pekerjaan yang sesuai dengan keahlianku dan cukup didukung dengan pengalaman kerjaku. Aku membuat akun dan memasukkan daftar riwayat hidup (CV) di website tersebut. Jadi, sewaktu-waktu ada lowongan yang kira-kira sesuai, akan ada staff yang menghubungi dan menawarkan posisi pekerjaan yang ada.

Tahap menunggu
Setelah aku memasukkan resume ke beberapa website, aku perlu menunggu sampai nanti aku akan dihubungi. Sembari menunggu ada tawaran yang datang, aku masih melakukan aktifitas seperti biasanya di pekerjaan dan kesibukan yang aku lakukan pada saat itu. Karena aku tidak pernah tahu kapan tawaran pekerjaan akan datang, jadi aku berusaha bersabar dan optimis sambil menjalani apa yang ada. Menunggu bisa jadi membosankan kalau hanya mencurahkan waktu, pikiran, dan tenaga untuk hal yang ditunggu, tapi menunggu pun bisa jadi menyenangkan dan bahkan lebih bermanfaat kalau diisi dengan bangyak hal-hal yang tidak sia-sia.

Ketika ada lowongan kerja yang sesuai dengan klasifikasi yang aku punya, perusahaan menghubungiku melalui email dan telepon untuk menanyakan apakah aku tertarik dengan posisi yang ditawarkan. Di tahap ini, aku bisa memilih untuk memberikan jawaban apakah aku tertarik atau tidak. Suatu saat, pernah aku mendapatkan tawaran untuk bekerja berkaitan dengan akuntansi. Meskipun aku tidak punya pengalaman tertentu di bidang ini, aku merasa mungkin aku bisa mencoba. Jadi, aku jawab iya. Sayangnya proses tidak berlanjut karena mungkin pihak perusahaan mengkaji kembali kemampuanku di bidang ini. Dan lagi, aku kembali di tahap ini, menunggu.

Tahap rekrutmen
Setelah tawaran yang sesuai datang dan aku juga tertarik, proses selanjutnya adalah tahap rekrutmen. Perusahaan akan menanyakan melalui telepon tentang gaji yang diharapkan dan kapan bisa mulai bekerja. Aku juga diberikan kesempatan untuk bertanya terkait keuntungan apa saja yang diberikan selama aku bekerja. Setelah cocok, aku dijadwalkan untuk wawancara telepon terkait pekerjaan yang nanti akan aku kerjakan. Pihak rekrutmen akan mereview hasil wawancara dan memberikan keputusan apakah diterima atau tidak secepat mungkin. Waktu itu, aku diberikan kabar sehari setelah wawancara. Pihak HR (Human Resource) pun kemudian mengirimkan dokumen kontrak untuk aku pertimbangkan dalam waktu kurang lebih seminggu. Dokumen tersebut perlu dicetak, ditandatangani, diskan, dan dikirimkan kembali ke pihak perusahaan. Dalam hal ini, aku tidak perlu tergesa-gesa,. Aku harus baca dengan baik kontrak yang ada dan tanyakan ke pihak perusahaan jika ada hal-hal yang perlu diperjelas. Meski demikian, semakin cepat aku mengirimkan kembali kontrak, semakin cepat proses selanjutnya.

Tahap mengurus visa sebelum keberangkatan
Tahap selanjutnya, perusahaan akan mengalihkan perihal visa ke pihak ke tiga, atau biasa disebut agen. Tapi, agen ini bukan yang receh yah, mereka sangat profesional dan kredibel dalam menangani urusan visa. Aku menerima email mengenai beberapa dokumen yang diperlukan untuk mendapatkan visa kerja (Employment Pass). Agen memberikan jangka waktu tertentu untuk kelengkapan dokumen yang diperlukan, kurang lebih 2 minggu. Akan tetapi, lagi-lagi, aku upayakan semua dokumen yang diperlukan segera dipersiapkan supaya bisa segera diproses. Setelah semua dokumen lengkap, agen akan mendaftarkan nama ku ke MDEC (Malaysia Digital Economy Corporation). Kemudian MDEC akan mengeluarkan surat yang menyatakan bahwa aku diizinkan masuk ke Malaysia untuk bekerja di perusahaan yang aku tuju. Setelah aku menerima surat itu, aku diminta untuk mendaftar Single Entry Visa (SEV) ke MDEC yang ada di jakarta. Meskipun orang Indonesia bisa masuk ke Malaysia dengan visa turis gratis selama 30 hari, aku tetap harus mendapatkan SEV sebagai syarat untuk mendaftar EP nantinya. Setelah SEV keluar, aku segera skan dan mengirimkan ke agen untuk kemudian diproses lebih lanjut.

Tahap mendapatkan visa kerja (EP)
Selanjutnya, aku memberikan konfirmasi ke pihak agen kapan akan terbang ke Malaysia dengan mengirimkan tiket pesawat. Aku diminta untuk sudah sampai di Malaysia seminggu sebelum tanggal mulai bekerja yang tertulis di kontrak. Setelah sampai, aku mengantarkan paspor ke kantor agen yang nantinya akan ditempel visa EP setelah proses selesai. Selama proses ini berlangsung, aku harus punya fotokopi atau foto paspor jika sewaktu-waktu diperlukan. Proses ini berlangsung kira-kira 3 hari. Aku mengambil paspor kembali ke kantor agen. Dan selesailah proses yang panjang ini.

Beitulah kurang lebih tahapan untuk memulai karir di Negeri Jiran Malaysia dari masa pencarian, menunggu, proses rekrutmen, persiapan visa sebelum berangkat dan visa EP setelah kedatangan, dan kemudian barulah mulai bekerja. Salam semangat dan sukses untuk kita semua.



ATLAS.ti keren! (Day 129)

Aku ke kampus agak siangan buat ikutan sesi training cara pakai ATLAS.ti buat analisa data, terutama analisa qualitative. Keren banget sih t...