Monday, July 31, 2017

Universitas Menyediakan, Kita Manfaatkan

Di usiaku saat ini, aku mulai menyadari betapa bedanya ketika menyandang status sebagai mahasiswa dan sebagai seorang karyawan atau pekerja. Aku merasakan sebuah kebanggan tersendiri ketika masih bisa memperkenalkan diri sebagai seorang mahasiswa di sebuah universitas. Di sisi lain, status sebagai mahasiswa juga memberikan sedikit dampak "memudakan" usiaku, hehe. Seringkali, aku menempatkan statusku sebagai pekerja di nomor dua. Padahal kenyataannya, kuliyahku lah yang seringkali ada di nomor dua kan. Tapi bagaimanapun juga, biarlah semua lika-liku perjuangan menjadi mahasiswi sekaligus pekerja ini nantinya akan menjadi sebuah cerita untuk anak cucu ku di masa mendatang sebagai salah satu penyemangat mereka.

Salah satu hal yang bisa aku pelajari selama menjadi adalah bahwa terdapat beberapa fasilitas yang ternyata ada tetapi tidak atau belum tentu diketahui seluruh mahasiswa. Wajar saja, karena sejauh ini aku belum pernah menemukan sosialisasi khusus terkait hal ini. Fasilitas yang aku maksud disini adalah dana dalam jumlah tertentu yang dianggarkan bagi setiap mahasiswa untuk mengembangkan diri. Aku lupa nominalnya yang pasti (waktu itu bagian keuangan pernah menyebutkan), tapi bisa jadi setiap institusi punya kebijakan dengan nominal yang berbeda-beda. Ada banyak sekali cara bagi mahasiswa untuk mengembangkan diri (secara akademik ataupun non-akademik) seperti, mengikuti perlombaan, menghadiri seminar atau konferensi dan lain sebagainya, baik dalam lingkup regional, nasional, maupun internasional. Dan ini adalah tugas dinas.

Ternyata, bukan para dosen saja kan yang berkesempatan menjalankan tugas dinas? para mahasiswa juga punya kesempatan yang sama. Dan, pastinya di sela-sela perjalanan tugas dinas ini bias dimanfaatkan untuk menjelajahi daerah sekitar yang belum pernah dikunjungi.

Alhamdulillah,hingga saat ini aku berkesempatan untuk mengikuti dua kegiatan dengan dukungan yang besar dari pihak kampus. Ini semua juga tidak terlepas dari dukungan Kaprodi (Kepala Program Studi) yang bersedia memmberikan bimbingan dan arahan. Pertama, aku mengikuti konferensi internasional di salah satu universitas negeri di Malang pada tahun lalu. Kedua, segala puji bagi Allah swt., dua bulan lalu aku pun ke Singapur, perjalanan luar negeri pertamaku, untuk mengikuti kegiatan yang kurang lebih sama. Dari kedua pengalaman ini dan beberapa pengalaman yang lain, aku belajar bahwa untuk mempresentasikan paper atau makalah dalam konferensi internasional, aku tidaklah harus sempurna. Yang aku perlukan adalah keberanian untuk tampil di depan orang-orang hebat dengan menyampaikan gagasan-gagasan dan kemudian membuka hati dan pikiran selebar-lebarnya dan selus-luasnya untuk menerima kritik dan saran. Justru inilah pelajaran tersbesar yang perlu diambil dan kemudian dijadikan bekal untuk melakukan kajian, meneliti dan menulis di kemudian hari.

Seperti konferensi pada umumnya, panitia akan mengundang para akademisi, mahasiswa dan praktisi untuk mengirimkan abstrak dari makalah yang telah dibuat, baik dalam bentuk kajian pustaka maupun penelitian lapangan. (Contoh abstrak yang aku kirimkan). Setelah melalui tahap review oleh panitia, panitia akan mengirimkan email apakah makalah tersebut diterima dan dapat dipresentasikan dalam konferensi tersebut. (Contoh LoA - Letter of Acceptance). Nah, dengan berbekal makalah dan surat undangan ini lah, pengajuan dana bisa dilakukan. Beberapa dokumen yang perlu dilampirkan adalah sebagai berikut:
  1. Surat permohonan dana (ditandatangani oleh Kaprodi - Kepala Program Studi) ditujukan ke Wadek (Wakil Dekan) Bagian Akademik
  2. Rincian dana sederhana (hal yang diperlukan beserta nominal dana)
  3. Undangan (LoA)
  4. Salinan makalah
  5. Salinan rangkaian kegiatan
Semua dokumen diatas aku serahkan ke bagian umum administrasi dan nantinya akan diproses. Setelah semua upaya ini dilakukan, tugasku selanjutnya adalah banyak-banyak berdo'a semoga Allah meridhoi dan melancarkan segala hajat. Aku kembali lagi ke kanto bagian umum ini setiap hari untuk mengupdate informasi proses pengajuan dana ini. Ketika surat sudah sampai ke Wadek yang dituju, semua dokumen akan sampai di bagian keuangan dan tibalah saatnya untuk membicarakan jumlah biaya yang akan ditanggung seperti biaya transportasi, registrasi, maupun akomodasi. Dalam sebuah kegiatan, tidak semua biaya akan ditanggung, tergantung kebijakan bagian keuangan. Tapi, ini sudah lebih dari cukup untukku, alhamdulillah. Pada saat yang sama, departemen lain pun akan mulai mempersiapkan SPPD (Surat Perintah Perjalanan Dinas) yang perlu di bawa dalam kegiatan dan ditandatangani oleh panitia pelaksana kegiatan.

Sekembalinya dari kegiatan, aku diminta untuk mengumpulkan beberapa dokumen berikut:
  1. SPPD bertandatangan panitia pelaksana kegiatan
  2. Boarding pass asli keberangkatan dan kepulangan
  3. Foto kegiatan
Ketika semua dokumen itu sudah diserahkan, maka selesai lah tugas dinas yang diemban. Selesainya tugas ini bukanlah berarti akhir dari segalanya. pengalaman dan pengetahuan selama mengikuti kegiatan akan terus dibawa seumur hidup untuk terus dikaji dan disebarluaskan. Untuk itu, adik-adik dan teman-temanku, para mahasiswa, yuk kita manfaatkan kesempatan bagus ini untuk mengembangkan diri. Sekian dan semoga bermanfaat. Salam senyum dan semangat.


Friday, July 21, 2017

Teaching TOEIC Speaking Test Preparation

For the last few weeks, I was assigned to teach a Korean university student preparing for his TOEIC speaking test. Unlike TOEIC listening and reading test, there is no many resources or certain books can be used for practice. Thus, I searched on Google for some help. So far, there is only one sample of TOEIC speaking test provided by ITC (International Test Center) as the official institution which holds the test. Fortunately, I found a very useful website with a number of samples (http://aekotoeic.blogspot.co.id/). As well, I found a channel on YouTube which gives some tricks and strategy in taking the test (Kenton County Adult English as a Second Language). I haven't taken this test before so I needed to learn about the test so much more than what the student should.

I have put altogether the materials and some important information regarding to the test in the following link. Please feel free to find the documents for your use . Klik disini

Sunday, July 16, 2017

Partai Pembebasan Indonesia (Hizbut Tahrir Indonesia - HTI)

Beberapa waktu yang lalu, terdapat banyak sekali postingan di beranda Facebook tentang kabar (akan) dibubarkannya sebuah organisasi Islam Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). Pernyataan tersebut diungkapkan oleh Bapak Wiranto selaku Menkopolhukam (Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan) yang kemudian memancing banyak sekali komentar dari masyarakat di Indonesia, khususnya para teman di Facebook. Komentar di Facebook datang dari para guru, dosen, mahasiswa, karyawan dan para aktifis di beberapa komunitas sosial. Beberapa diantaranya  mendukung pembubaran tersebut dan yang lainnya menolak.

Penolakan dibubarkannya Partai Pembebasan ini kebanyakan berasal dari teman-teman santri di salah satu pesantren kehidupan di Jakarta. Hashtag berupa #kamibersamaHTI pun digunakan di berbagai media sosial bagi mereka yang ingin menyerukan penolakan ini. Beberapa pernyataan yang membarengi hashtag tersebut adalah tentang kemuliaan berjihad menegakkan hukum yang disyari'atkan Allah dalam misis HTI. Teman-teman santri di pesantren ini aktif terlibat dalam beberapa kegiatan HTI. Di sisi lain, beberapa guru dan dosen yang berlatar belakang pendidikan pesantren dan kiprah mereka dalam dakwah, secara implisit menyatakan dukungan atas pembubaran partai politik ini.

Seperti halnya energi positif dan negatif, magnet U dan S, hal ini pun pasti tidak terlepas dari perbedaan pendapat. Tampaknya pun sekarang waktunya yang tepat untuk berbagai sedikit mengenai pengalaman pribadi saya karena pihak-pihak yang mungkin sempat emosional pasti sudah redam dan mulai sibuk dengan perkara lain. Meskipun tidak banyak yang saya ketahui tentang HTI, akan tetapi saya harap pengalaman pribadi yang sedikit ini dapat memberikan sedikit gambaran bagi siapapun yang belum pernah mengenal organisasi Islam ini.

Saya mendengar nama HTI sudah sejak lama. Sepertinya sejak ketika saya belajar di universitas beberapa tahun lalu. Atau mungkin malah lebih lama dari itu, ketika duduk di bangku Sekolah Menengan Atas (SMA).  Meski demikian, saya hanya mendengar nama saja, tidak lebih dari itu. Setelah saya menyelesaikan pendidikan S1, saya berkeinginan untuk mencicipi hidup di pesantren yang dulu sempat tertunda. Saya pun mencari informasi tentang pesantren di Jakarta yang terbuka untuk santri dewasa. Berbagai informasi saya dapatkan dari Google, beberapa teman di Jakarta, brosur, dan juga Alm. Bapak saya. Akhirnya, saya menemukan sebuah pesantren di daerah Jakarta barat. Informasi mengenai pesantren ini diawali ketika saya menghadiri sebuah kajian di masjid dekat Pasar Santa yang dibawakan oleh Pengasuh pesantren tersebut. Waktu itu beliau membawakan kajian Kitab Al-Hikam. Saya pun sempat mengajukan sebuah pertanyaan. Entah mengapa selama kajian berlangsung, saya merasa adanya kecocokan pikiran dan rasa. Saya tidak langsung menemui beliau, tapi saya Googling nama pada logo pesantren yang ada pada pojok kiri atas lembaran ringkasan materi yang dibagikan pada saat itu.

Saya pun akhirnya memutuskan untuk mulai menimba ilmu di pesantren ini. Seperti kata pepatah "Dimana bumi dipijak, disitulah langit dijinjing", saya mulai beradaptasi dengan beberapa peraturan dan kebijakan yang berlaku di pesantren. Untuk mempersingkat, saya hanya akan membahas beberapa hal yang menurut saya mencirikan nilai-nilai yang diyakini teman-teman (terutama para santriwati) sebagai pejuang HTI.

Jilbab dan kerudung
Seluruh santriwati dianjurkan (dengan kata lain diwajibkan) untuk mengenakan kerudung dan jilbab ketika berada di luar rumah atau gedung pondok santriwati. Kerudung disini bermakna kain untuk yang menutup kepala yang menjulur hingga menutup dada. Tapi, sebagian besar santriwati menggunakannya hingga meutup bagian pinggul atau bahkan sampai lutut. Sedangkan jilbab merupakan adalah pakaian yang menjulur menutup dada hingga kaki, atau pada umumnya dikenal dengan 'gamis'. Selain itu, ditambahkan kaos kaki untuk menutup kaki dan penutup pergelangan jika lengan baju longgar karena dikhawatirkan bisa tersingkap ketika beraktifitas. Santriwati tidak diperkenankan atau mendapat teguran jika mengenakan pakaian potongan (atasan dan bawahan). Berikut ini adalah beberapa dalil mengenai anjuran untuk mengenakan jilbab dan kerudung. Klik disini.

Kitab-kitab Hizbut Tahrir
Selain mempelajari beberapa kitab kuning dan juga tafsir, ada beberapa kitab yang memang diterbitkan oleh HTI karangan Taqiyyuddin An-abhani. Terdapat ciri khas pada kitab-kitab ini, yaitu bersampul warna putih dengan tulisan berwarna merah dan hitam. Terdapat dua versi kitab, yaitu dalam Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia. Di antara beberapa judul kitab yang dipelajari ialah Mafahim Hizbut Tahrir (Pemahaman Hizbut Tahrir), Min Muqowwimat An-Nafsiyah Al-Islamiyah (Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah), An-Nidzom Al-Ijtima'i (Sistem Pergaulan dalam Islam). Sebagai rujukan, berikut ini adalah sebuah blog yang memaparkan review atau ulasan kitab-kitab HTI. Klik disini.

Halaqah
Sekali dalam seminggu para santri dijadwalkan untuk mengikuti Halaqah. Secara Bahasa, Halaqah bermakna lingkaran. Dalam hal ini, halaqah merupakan sebuah majelis yang terdiri dari beberapa orang dengan duduk melingkar atau dalam lingkaran guna membahas materi tertentu dari kitab atau buku. Terdapat seorang pemateri atau Murabbi pada masing-masing Halaqah. Buku yang biasanya dikaji bagi para pemula berjudul Materi Dasar Islam: Islam Mulai Akar Hingga Daunnya karangan
Arief B. Iskandar. Jika buku tersebut sudah selesai, maka dilanjutkan dengan mempelajari kitab berikutnya dengan Murabbi berbeda yang tingkat keilmuannya dan pemahamannya dianggap lebih dari Murabbi sebelumnya. Tidak hanya HTI yang mempunyai majelis seperti ini, sebuah ormas lainnya pun melaksanakannya dengan sebutan Liqo'. Halaqah inilah media dakwah HTI dalam merekrut para kadernya. Mengenai dakwah HTI, klik disini.

Aksi
Sebagai bagian dari pejuang HTI, teman-teman berpartisipasi aktif dalam berbagai aksi, terutama sederetan aksi bela islam pada tahun lalu. Bukan demonstrasi.Sebenarnya beberapa aksi tersebut bukanlah yang pertama kali dilakukan oleh teman-teman HTI, jauh sebelumnya mereka beberapa kali turun ke jalan, sebagian besar di sekitaran Monas dan Bundaran HI. Dalam melaksanakan aksi, mereka biasanya membawa bendera Al-Liwa dan Ar-Royah bertuliskan "Laa ilaaha illallah muhammadar rasulullah". Para santriwati biasanya berseragam dengan memakai kerudung putih dan jilbab hitam.

Buletin Al-Islam
Setiap bulan, sebuah buletin bernama Al-Islam berupa satu lembar dengan empat halaman dibagikan bagi seluruh santri. Tidak jarang masing-masing santri diberikan lebih dari satu lembar supaya bisa disebarluaskan. Secara umum, buletin ini membahas beberapa isu yang sedang populer dan kemudian dikaitkan dengan apa yang tercantum dalam Al-Qur'an. Karena pencantuman tulisan ayat Al-Qur'an didalamnya, para santri dilarang untuk membuangnya sembarangan. Kumpulan Al-Wa'ie harus disimpan dengan baik. Buletin ini merupakan satu diantara berbagai media lainnya untuk meng-update informasi bagi para kader HTI.

Tentu masih ada banyak hal lagi yang belum diuraikan dalam tulisan diatas. Oleh sebab itu, marilah kita coba untuk saling mengenal satu dengan yang lain sehingga kita bisa saling memahami dan lebih mempererat kasih saying sebagai sesama Muslim dan juga sesama manusia.










Saturday, July 15, 2017

Pengalaman Melatih Kemampuan Menulis Bahasa Inggris (Teaching English Writing Skill Experience)

Selama seminggu yang lalu, salah satu orang tua murid privat meminta les intensif untuk anaknya yang sudah belajar dengan saya sekitar dua tahun lamanya. Mamanya meminta selama seminggu itu untuk melatih lagi kemampuan berbicara dan menulis anaknya dalam Bahasa Inggris karena akan memasuki kelas enam dengan segudang tes. Dari hari Senin sampai Jumat dengan durasi selama satu jam pada setiap pertemuan, secara umum 30 menit saya gunakan untuk ngobrol sambil brainstorm beberapa ide yang nantinya bias ditulis terkait topik tertentu. Sebelum sesi intensif ini dimulai, saya tidak merencanakan secara pasti topic apa saja yang nantinya akan kami diskusikan. Tidak adanya planning ini karena saya ingin memberikan ruang ke si anak untuk menulis mengenai hal yang memang familiar bagi dia.

Seiring berjalannya les ini, yang biasa saya awali dengan berbincang-bincang dulu, telah menghasilkan beberapa tulisan tentang beberapa topic berikut.

1. My last vacation
2. Learning English
3. Comic review
4. School uniform
5. Back to school
6. Writing in English (tulisan ini belum selesai)

Setiap kali saat berbincang, saya sambil menuliskan di selembar kertas dan memetakan beberapa garis besar hal-hal yang sedang kami bicarakan. Catatan ini nantinya akan membantu murid saya untuk membuatnya dalam bentuk tulisan. Setelah saya rasa beberapa ide mengenai topic yang dibicarakan sudah cukup, saya memberikan gambaran format atau penyusunan ide-ide itu dalam tulisan yang pada umumnya diawali dengan Opening (Pembukaan), Main ideas (Gagasan utama), dan Closing (Penutup) atau Conclusion (Kesimpulan). Karena singkatnya waktu, saya tidak mendampingi murid saya itu selama menulis hingga selesai.

Saya memulai pertemuan berikutnya dengan meminta si murid untuk membaca ulang dan memeriksa kemungkinan kesalahan-kesalahan dalam tulisannya, baik secara Spelling (Ejaan), Punctuation (Penulisan) atau Grammar (Tatabahasa). Setelah itu barulah saya memeriksa kembali dan membahas beberapa hal yang bias dipelajari. Memang masih ada banyak kesalahan yang saya lihat, tapi saya tidak mengemukakan semuanya. Diantara beberapa hal yang kami bahas adalah:

- Penggunaan Verb (Kata kerja) dalam Past Tense
- Will can -- > Will be able to
- Penggunaan "because" di awal kalimat
- Penggunaan contraction (don't, I'm)
- dll.

Setiap anak pasti punya kemampuan menulis yang berbeda-beda dengan kesalahan yang beragam pula. Dalam kasus ini, saya tidak terlalu menekankan pada komponen Cohesion dan Coherence karena saya khawatir akan membuat dia overloaded dan kemudian tidak merasa bebas lagi dalam menulis. Oleh karena itu, saya mencoba untuk membantu si murid dengan memberikan format atau template bagaimana sekumpulan ide-ide yang ada bisa disusun dalam sebuah tulisan.

Berdasarkan pengalam ini, terdapat beberapa hal yang saya pelajari dalam melatih kemampuan menulis anak:

- Pilihlah topik yang cukup familiar bagi si anak, jadi si anak punya stok ide
- Pancing si anak untuk mengelurakan ide-idenya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan
- Catatlah ide-ide yang dibicarakan ke sebuah mind-map sederhana
- Berilah bocoran bagaimana untuk memulai tulisan, menghubungkan gagasan dan mengakhiri tulisan dengan memberikan satu frasa atau kalimat.

Sekian dan semoga bermanfaat. Dokumentasi pengajaran ini bisa dilihat di http://gg.gg/teachingwritingexperience

ATLAS.ti keren! (Day 129)

Aku ke kampus agak siangan buat ikutan sesi training cara pakai ATLAS.ti buat analisa data, terutama analisa qualitative. Keren banget sih t...