Wednesday, August 24, 2022

Tulisan Dulu "Curahan Hati"

 Lagi-lagi, ada uneg-uneg yang sempat aku luapkan kedalam tulisan beberapa waktu lalu. Dalam rangkat pembersihan laptop, aku simpan saja disini untuk bahan bacaan di masa depan ketika aku punya waktu senggang untuk mengingat kembali hal-hal yang sudah terlewati dalam perjalanan hidup ini. 

Date modified 15/10/2021 08:56 pm

Hidup ini memang gak adil.

Aku udah mulai tenang. Tadi aku udah nangis kenceng di telfon Wecare. Ada Way yang jawab telfonnya. Setidaknya ada orang yang dengerin aku nangis ngeluapin apa yang aku rasain dan pikirin.

Aku sedih. Sebenernya udah sejak siang tadi. Tapi, aku semakin sedih Ketika da pengumuman di grup ada tiga temen yang dapet posisi SME (Subject Matter Expert) di kantor. Tiba-tiba hatiku sakit. Sakit banget. Tapi, pada saat yang sama pun aku bingung. Sebenernya apa sih yang aku rasain? Marah? Iri? Sedih? Sakit? Kecewa? Aku gak ngerti sama perasaanku.

Aku coba luapin apa yang aku rasain lewat tangisan dan aku sampein aja apa yang muncul di kepalaku ke Way. Dari situ aku tahu kalau aku merasa sedih, sakit, kecewa, karena ketidakadilan yang terjadi. Aku daftar SME udah beberapa kali. Sempat akupun ikut wawancara, dua kali. Yang pertama udah hamper dapet, tapi karena ada orang lain yang lebih kuat, jadi aku gagal. Yang wawancara kedua aku memang kurang persiapan sama sekali dan akupun merasa kurang maksimal. Selanjutnya aku coba lagi dan lagi dan aku gak pernah sampe tahap interview. Aku gagal di tahap assessment. Sampai suatu hari ada salah satu temen yang nyaranin aku buat nyontek aja, karena toh gak ada yang tahu atau yang lihat. Dan, katanya toh semuanya pada nyontek.

Aku iya iyain aja apa yang dia bilang, tapi aku masih tetep kekeh sama pendirianku buat gak nyontek. Sampai suatu ketika, bukan satu temen itu aja yang nyaranin aku buat nyontek, 2, 3, bahkan 4 temen lainnya nyaranin aku buat nyontek lihat dokumen untuk ngerjain assessment. Bahkan mereka bersedia buat bantu ditanya-tanyain pas assessment. Lagi-lagi aku cuma iya iyain aja dan ngerjain assessment sesuai kemampuan aku. Aku gagal lagi.

Dan sekarang, 3 temenku itu dapet posisi SME, aku merasa gak adil. Aku jadi bertanya tanya, masa iya aku juga harus ikutan permainan ini, buat nyontek, hanya buat bisa dapet posisi ini. Kalaupun toh iya, aku gak adil sama temen-temen yang lainnya.

Sewaktu aku share ke Way, dia bilang kalau aku udah ngelakuin hal yang bener. Tapi, ini buat aku bertanya-tanya, apa sih artinya melakukan sesuatu yang bener? Kalaupun toh aku berpikir kalau aku udah ngelakuin hal yang bener, mereka pun toh pasti berpikir kalau mereka melakukan sesuatu yang bener. Jadi, apa sih arti hal yang bener, berdasarkan apa, menurut siapa. Ribet kan ternyata.

Dan, si Way pun tanya, kalaupun toh aku nyontek dan aku bisa dapet posisi ini, apakah aku bakal seneng. Ditanya begitu, aku jawab ya pasti aku bakal ngerasa bersalah karena aku gak jujur dan bisa jadi aku udah ambil hak orang lain yang lebih pantas buat dapet posisi ini.

Aku gak tau gimana aku harus respon situasi ini. Tapi tadi aku coba ucapin selamat ke temen-temenku itu di grup. Sepertinya lebih baik besok aku ambil SL (Sick Leave) buat menenangkan diri dulu.

Jadi, memang hidup ini gak adil? Yang adil itu kan cuma Allah aja, dan aku percaya itu.


Sunday, August 21, 2022

Tulisan Dulu "Pribadi Reflektif"

 Lagi-lagi, tulisan yang pernah aku buat untuk dikirimkan ke projek menulis teman-teman alumni Sampoerna School of Education (SSE) beberapa tahun lalu. Sayangnya, tidak lolos untuk dibukukan bersama tulisan teman-teman lainnya. Entah karena waktu itu aku terlambat menyelsaikan, atau karena tidak memenuhi kriteria standar. Tak apa. Sekarang, menarik juga untuk aku baca. 

Date modified 10/11/2019 09:15 PM

Sudah setengah tahun aku bekerja sebagai Content Analyst di sebuah perusahaan multi nasional di Kuala Lumpur, Malaysia. Tugas utamaku adalah menganalisa penggunaan sosial media oleh masyarakat, khususnya di Indonesia, dengan berbagai kepentingan yang mereka miliki. Selama melakukan pekerjaan ini, aku harus melihat dan mengkaji banyak hal, dari yang sangat aku sukai sampai yang aku tidak suka dan bahkan terkadang sangat menggangguku. Beberapa hal yang menggangguku adalah seperti kekerasan pada anak dan/atau binatang, dan intimidasi dan pelecehan terhadap seseorang. Aku masih ingat sekali ketika ada seorang ibu tua yang dipermalukan oleh sekelompok orang hanya karena ibu tua tersebut ketahuan mencoba mencuri sekarung beras dari sebuah toko. Aku sama sekali tidak sanggup melihatnya sampai sampai aku pun menangis dan butuh waktu sejenak untuk menenangkan diri. Sampai saat ini, aku melihat berbagai macam kejahatan satu demi satu yang nyata terjadi di luar sana, bukan hanya di film buatan. Ternyata, banyak orang di luar sana yang sangatlah kejam dan tidak punya hati.

Berangkat dari peristiwa di atas, aku menemui seorang psikolog yang memang sudah di sediakan pihak perusahaan jika sewaktu-waltu ada karyawan yang membutuhkan. Aku pun mulai menceritakan hal di atas dan beberapa peristiwa lainnya yang aku temui dan sangatlah menggangguku. Tidak bisa tertahankan lagi, aku pun bercerita dengan penuh tangisan melampiaskan perasaanku. Setelah bercerita, psikolog mulai mengajakku berdiskusi dan aku belajar sesuatu dari sini. Dia menjelaskan bahwa pada dasarnya segala apapun yang aku lihat adalah peristiwa yang sudah terjadi, dan aku tidak punya daya ataupun upaya sama sekali untuk mencegahnya ketika aku melihat. Kepedulianku yang sangat tinggi dan keinginanku untuk mencegahnya ternyata bergesekan dengan ketidakberdayaanku saat aku melihatnya sehingga membuatku merasa sangat sedih. Psikolog pun memberikan saran supaya aku lebih terbuka dengan hal-hal yang tidak aku inginkan terjadi tetapi sudah terjadi.

Setelah obrolan dengan psikolog di atas, aku masih terus merenungkan apa yang kami bicarakan, terutama mengenai kenapa aku selalu melibatkan diriku jauh kedalam berbagai situasi yang aku lihat. Tidak lama kemudian aku ingat serangkaian ‘refleksi’ yang seringkali menjadi bagian dari proses belajar dan tidak jarang menjadi tugas selama aku di Sampoerna. Aku masih ingat jelas pertanyaan yang biasanya dijadikan panduan seperti apa yang kamu ketahui sebelumnya?; apa yang tidak kamu ketahui sebelumnya?; apa yang kamu ketahui sekarang?; dan, apa langkah kamu selanjutnya? Ternyata, bahkan tanpa aku sadari, serangkaian proses refleksi ini telah membentukku menjadi pribadi reflektif saat ini dengan rasa empati dan simpati sangat tinggi terhadap hal-hal yang terjadi di sekitar sehingga kepedulian ini menjadi pendorong untuk melakukan perubahan di masa yang akan datang.

Seperti obrolan dengan psikolog sebelumnya, segala hal yang tidak aku inginkan terjadi di luar sana sudahlah terjadi dan saat ini aku sudah tidak dapat melakukan apapun untuk hal itu, tetapi aku masih punya masa depan yang bisa aku rubah. Aku mungkin tidak bisa melakukan apapun dengan kejahatan-kejahatan yang aku lihat selama aku mengkaji penggunaan sosial media di segala penjuru Indonesia, tetapi bukan berarti aku tidak bisa melakukan apa-apa. Aku pun mulai bertanya kepada diriku sendiri tentang apa yang bisa aku lakukan dan aku jangkau dengan kesempatan yang ada di sekitarku dan kesempatan yang aku miliki. Dari berbagai isu yang ada di sekitar adalah terkait para Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Malaysia. Aku menemukan berbagai macam permasalahan yang terjadi termasuk kekerasan oleh majikan dan gaji yang lebih rendah dibandingkan pekerja asal negara lain yang disebabkan keterbatasan kemampuan Bahasa Inggris mereka. Oleh karena itu, aku pun memutuskan untuk menjadi bagian dari Edukasi untuk Bangsa sebagai salah satu tenaga pengajar Bahasa Inggris di sana, dan membantu pengembangan program Bahasa Inggris di Indonesia Domestic Worker Federation untuk para Pekerja Rumah Tangga (PRT).

Aku yakin pribadi reflektif ini tidak hanya terbentuk dalam diriku sendiri, tetapi juga pada semua teman-temanku di berbagai profesi yang mereka tekuni saat ini dimanapun mereka berada.  

Saturday, August 20, 2022

Tulisan Dulu "Scrabble oh scrabble..."

 Aku bukanlah seorang penulis berbakat, apalagi dalam menuliskan sebuah cerita. Hasil tulisanku selalu jauh dari kata bagus untuk menjadi bahan bacaan orang lain. Akan tetapi, bukan berarti aku berhenti menulis. Setidaknya kalaupun tidak dibaca orang lain, aku bisa membaca tulisanku sendiri suatu hari nanti. Dan, hal ini pun terjadi. 

Baru saja ketika aku coba menyusun dan merapikan dokumen yang ada di laptop, aku  menemukan cerita pendek (cerpen) yang aku tulis sewaktu duduk di bangku SMA. Sepertinya waktu itu aku kirimkan tulisan ini untuk perlombaan, tapi entah hasilnya apa. Aku lupa. Kemungkinan besar tidak juara karena sama sekali tidak ada kenangannya. 

Mungkin waktu itu pengalaman mengikuti lomba scrabble bersama teman-teman sangatlah mengesankan sampai aku tuliskan. Lucu membaca kembali tulisan waktu itu. Ada beberapa detil yang sudah terlupa sekarang, tapi tertulis rinci di tulisan ini. Terpampang jelas kosa kata dan gaya bahasaku waktu itu. Aku sambil tertawa kecil membacanya. 

Salam sayang untuk semua teman-teman Asrama Putri MAN 1 Bandar Lampung, terutama yang tercantum dalam secuil cerita ini. Semoga kita semua senantiasa sehat, sukses, dan bahagia selalu. Amin. 

ATLAS.ti keren! (Day 129)

Aku ke kampus agak siangan buat ikutan sesi training cara pakai ATLAS.ti buat analisa data, terutama analisa qualitative. Keren banget sih t...