Sunday, October 29, 2017

Si Abu-abu (The Grey)

Once more into the fray...
Into the last good fight I'll ever know.
Live and die on this day...
Live and die on this day...

Rangkaian kata diatas beberapa kali terulang selama film The Grey. The Grey ini film yang tayang 2011 lalu, tapi aku baru bisa berkesempatan nonton kira-kira dua minggu yang lalu. Setelah menikmati ketegangan-ketegangan di film ini, aku berniat untuk menuliskan sesuatu setelahnya. Sayangnya, saat itu baru judul saja yang bisa kutuliskan di blog ini dan kutipan puisi diatas yang aku catat di HP. Karena tulisan ini merupakan sebuah refleksi, jadi aku langsung menuliskan refleksi pribadiku saja tanpa mencantumkan ringkasan ceritanya. Lagipula, lebih baik nonton langsung daripada baca ringkasanku yang jauh dari cukup untuk menggambarkan ceritanya.

Bertahan atau bergerak
Ketika seseorang dihadapkan dengan sebuah situasi, terutama situasi buruk, ada dua pilihan disana. Bertahan atau bergerak. Manakah yang lebih baik? Manakah yang akan membuat situasi lebih baik? Tidak ada tahu. Tidak ada seorang pun yang tahu. Keduanya berpotensi untuk mendatangkan akibat lebih buruk atau lebih baik. Tetapi Ottway memilih untuk bergerak melakukan sesuatu dengan mengamati dan menganalisa keadaan sekitar. Pastinya dengan harapan bahwa keputusan yang diambil akan bisa menyelamatkan dia dan teman-temannya untuk tetap bertahan hidup dan dapat kembali ke rumah masing-masing. Keputusan demi keputusan diambil dengan mengantisipasi keadaan terburuk yang mungkin akan terjadi jika bertahan dan memanfaatkan segala peralatan dan sumber daya yang ada. Dan pada saat yang sama, mereka menumbuhkan harapan dan berusaha meyakini bahwa apa yang mereka lakukan akan berbuah keadaan yang lebih baik. Sayangnya keadaan berkata lain, satu persatu kawan-kawannya tetap saja terenggut nyawanya. Yang mengecewakan lagi adalah, Ottway bukan melangkah menjauhi sarang serigala seperti yang diharapkan tetapi malah justru menuju tepat ke lokasi sarang tersebut. Apalah daya, nyawanya pun terancam (meskipun di akhir film tidak terlihat jelas apakah dia akan selamat atau tidak menghadapi ketua kelompok serigala yang ganas).

Akupun kemudian terpikir,
Andai saja mereka tetap di lokasi awal (ketika kecelakaan pesawat terjadi)?
Andai saja mereka melangkah menuju arah sebaliknya?
Apakah semuanya akan lebih baik?
Apakah mereka semua bias selamat?
Belum tentu. Bisa jadi hasilnya pun akan sama. Disinilah yang aku lihat secara pribadi bahwa hidup ini bukan persoalan hasil akhirnya, tetapi bagaimana perjalanan menuju proses itulah yang jauh lebih bermakna dan berharga. Jikalau toh Ottway dan teman-temannya ditakdirkan untuk selamat, maka cerita menghadapi berbagai tantangan demi tantangan ataupun upaya bertahannya pasti akan  menjadi sebuah kisah yang menakjubkan bagi para pendengarnya. Tetapi lagi-lagi, tidak ada yang bisa tahu apakah perjalanan perjuangan mereka akan sampai pada tahap itu. Selain itu, sekeras apapun mereka untuk bertahan hidup atau sebesar apapun keputusasaan mereka dalam menghadapi kematian tidak akan ada yang tahu jikalau memang pada akhirnya mereka semua mati.

Ya begitulah hidup, pilihan. Selama masih hidup, selama itu juga kita memilih. Untuk bertahan atau bergerak. Untuk berjuang atau berputusasa. Meskipun hal ini tidaklah mudah bagi semua orang. Tetapi, menorehkankisah untuk diri sendiri akan jadi penghibur diri ketika entah berhasil mencapai yang diinginkan ataupun mungkin gagal. Semua proses yang telah dilalui akan menjadi serangkaian peristiwa indah untuk dikenang. Karena pada dasarnya, begitulah kehidupan, tidak ada yang pernah tahu apa yang akan terjadi dimasa mendatang. Oleh karena itu, aku belajar untuk tidak menganggap bahwa hidup terlalu serius dan merasa bahwa kehidupan saat ini, di hari ini adalah segalanya. Masih ada hari esok. Apa yang dibenci sekarang bisa jadi dicintai nantinya. Apa yang dipuja sekarang bisa jadi dicaci-maki kemudian. Jadi santae wae lah.

Selalu ada dia (cinta)
Selama perjalanan, Ottway selalu teringat dan terbayang-bayang istrinya. Dari film itu aku kurang paham apakah istrinya masih hidup dan menantinya di rumah, atau sudah mati sebelumnya. Hal yang selalu tercucap dari istrinya adalah "Don't be afraid". setiap kali Ottway berusaha mencari jalan keluar dari berbagai kesuiltan yang ada, bayangan yang muncul  adalah istrinya. Buatku, bagian film ini cukup menarik ketika para laki-laki yang terjebak bergantian bercerita tentang keluarganya dan orang-orang yang dicintainya. Masing-masing punya sebuah cinta penggugah semangat dan kekuatan untuk bertahan hidup. Menjadi alasan buat mereka untuk tetap hidup. Menyedihkan ketika salah satu penumpang menghadapi sakaratul maut dengan penuh kesakitan dan pendarahan. Semua orang disana meminta Ottway untuk melakukan sesuatu, tetapi Ottway tahu bahwa dia sudah tidak bisa tertolong lagi. Ottway pun berusaha untuk menenangkan temannya dan memberitahunya bahwa waktunya sudah dekat. Dia pun mengatakan kepada temannya untuk menyapa kematiannya dengan menganggapnya sebagai orang yang paling dicintainya yang datang memberikan pelukan. Maka sambutlah pelukan hangat itu. Rasa cinta ini biasanya merujuk kepada kekasih. Tetapi bisa juga yang lainnya seperti orang-tua, anak, ataupun saudara. bagi siapapun yang tidak punya siapapun untuk dicintai, jangan lupa, masih ada Allah, meskipun aku sendiri pun masih sangat sulit untuk yang satu ini. Aku setuju sekali dengan bagaimana Ottway mengibaratkan kematian. Aku merefleksikan bagian ini dengan bagaimana seorang Muslim seharusnya menghadapi sebuah kematian. Kematian pun akan lebih mudah dan menenangkan ketika Allah lah yang menjadi satu-satunya cinta dan kerinduan. Jadilah kematian itu sebuah sambutan yang akan mengantarkan seseorang kepada cinta yang sebenarnya, Allah.

Kedua pelajaran diatas tidak hanya ada di The Grey, tetapi juga di berbagai film lainnya. Apalah arti menonton film kalau tidak ada pelajaran yang bisa diambil. Dan inilah The Grey, si abu-abu.



ATLAS.ti keren! (Day 129)

Aku ke kampus agak siangan buat ikutan sesi training cara pakai ATLAS.ti buat analisa data, terutama analisa qualitative. Keren banget sih t...